REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Penyemaian adalah proses yang sangat menentukan kualitas dan hasil panen dari tanaman yang dibudidayakan. Penyemaian benih sayuran di perusahaan-perusahaan agribisnis masih dilakukan secara manual dengan meletakkan benih satu per satu ke lubang tray semai. Hal ini berisiko benih mudah tercecer dan dapat mengakibatkan kerugian.
Lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan teknologi guna mendukung terwujudnya peningkatan produktivitas sayuran. Mereka adalah Nur Khasan Fatoni, Yudha Putra Arisandy, Al Hadiitya Armi, Matan Azzami, dan Hari Wisesa.
“Kami melihat kinerja perusahaan agribisnis khususnya budidaya sayuran hidroponik dan aeroponik belum diiringi dengan penerapan teknologi yang mumpuni di bidang pengadaan bibit. Maka kami mencoba membuat mesin penjatah benih sayuran pada tray semai dengan mekanisme vakum, yang kami namakan Smart Seeder,” ujar Ketua tim, Nur Khasan dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (24/8).
Alat penyemai benih bernama Smart Seeder yang diciptakan oleh mahasiswa IPB.
Smart Seeder merupakan mesin penyemai sayuran tipe vakum yang terdiri dari tiga sistem, yaitu sistem penjatahan benih, sistem pergerakan penjatahan benih, dan sistem kontrol.
“Cara kerja mesin ini yaitu Arduino akan memberikan sinyal digital pada motor driver untuk memberikan daya pada motor steper. Motor steper akan bergerak maju atau mundur pada rel dan berhenti tepat di atas lubang semai. Selanjutnya Arduino akan mengendalikan servo untuk menggeser pneumatic pump agar mekanisme penjatuhan benih tepat jatuh di lubang tray semai,” kata Nur Khasan.
Smart Seeder menjadi salah satu Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penerapan Teknologi (PKMT). Dengan bimbingan Dr Ir I Dewa Made Subrata, MAgr, staf pengajar Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, kelima mahasiswa tersebut berhasil menerapkan Smart Seeder di PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm).
Manager PT Momenta Agrikultura, Deddy menyatakan, Smart Seeder adalah alat yang sangat bagus untuk diterapkan. Apalagi kalau Indonesia berkaca pada pertanian di luar negeri yang sudah canggih dan sangat maju. “Mau tidak mau kita harus mengikuti perkembangan teknologi yang ada agar bisa berdaya saing,” katanya.
Nur Khasan dan kawan-kawan berharap agar Smart Seeder dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam pengadaan bibit untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi. Mereka juga berharap bisa memublikasikan Smart Seeder pada artikel ilmiah dan memasarkan mesin ini ke berbagai badan usaha yang bergerak di bidang pengadaan bibit.
“Dan yang tak kalah penting harapan kami adalah kami bisa mendapatkan medali emas untuk IPB di PIMNAS 2018 dan bisa memajukan pertanian Indonesia,” tambahnya.