REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akan terus berupaya menjaga inflasi sesuai target di APBN 2018 pada kisaran 3,5 persen. Hal itu akan terus dijaga terutama ketika kondisi global semakin dinamis.
"Kita berkeinginan agar inflasi tetap bisa kita jangkarkan di 3,5 persen begitu juga di 2019," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Jumat (24/8).
Sri mengatakan, saat ini pemerintah mampu menjaga tingkat inflasi di bawah level 3,5 persen. Tingkat inflasi Juli 2018 adalah sebesar 3,18 persen (yoy).
Dalam rapat Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP), disepakati untuk fokus memantau komponen berupa inflasi inti, gejolak harga pangan, dan inflasi akibat impor atau imported inflation. "Kita fokus agar itu tidak menjadi faktor yang memacu inflasi sampai akhir tahun dan 2019," kata Sri.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, dalam jangka pendek TPIP akan fokus pada inflasi gejolak harga pangan. Untuk meredamnya, kata Perry, TPIP akan menjaga cadangan beras maupun pasokan komoditas pangan lain seperti telur dan ayam.
Selain itu, kata Perry, Bank Indonesia memastikan dampak pelemahan nilai tukar terhadap inflasi masih terkendali. Dia menyebut, pelemahan nilai tukar rupiah dari awal tahun hingga saat ini yakni sekitar tujuh persen. Hal itu relatif masih lebih rendah dibandingkan dengan Brasil, Turki, dan Afrika Selatan.
Selain itu, ekspektasi inflasi di pasar keuangan juga masih terjaga. Dengan faktor-faktor tersebut, dia meyakini pengaruh nilai tukar terhadap inflasi masih terjaga.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga menjamin akan terus mengendalikan inflasi akibat gejolak harga pangan. Dia mengatakan, pemerintah juga siap melakukan langkah intervensi seperti operasi pasar ketika diperlukan.
"Begitu kondisinya mengharuskan, kita akan siap. Pasti kita akan kendalikan volatile food," kata Enggar.
Baca: BEI: Investor Lokal Topang Kinerja Pasar Saham