Jumat 08 Nov 2024 12:38 WIB

Bank Sentral AS Turunkan Suku Bunga, Sesuai Prediksi

The Fed menetapkan suku bunga acuannya menjadi kisaran 4,50 persen-4,75 persen.

Layar di pos perdagangan di lantai Bursa Efek New York menampilkan keputusan suku bunga Federal Reserve, Kamis, 7 November 2024.
Foto: AP
Layar di pos perdagangan di lantai Bursa Efek New York menampilkan keputusan suku bunga Federal Reserve, Kamis, 7 November 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve memangkas suku bunga hingga seperempat poin persentase pada Kamis (7/11/2024). The Fed menetapkan suku bunga acuannya menjadi kisaran 4,50 persen-4,75 persen.

Para pembuat kebijakan mulai memperhitungkan apa yang bisa menjadi lanskap ekonomi yang lebih kompleks ketika Presiden terpilih Donald Trump menjabat tahun depan.

Baca Juga

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan hasil pemilihan presiden hari Selasa tidak akan berdampak "dalam jangka pendek" pada kebijakan moneter AS. Hasil tersebut disebut akan membuka jalan bagi kepala eksekutif AS yang telah berjanji untuk melakukan deportasi imigran secara luas, tarif berbasis luas, dan pemotongan pajak,

Powell mengatakan bahwa Fed akan terus menilai data untuk menentukan laju dan tujuan suku bunga karena para pejabat mengatur ulang kebijakan moneter yang saat ini ketat untuk memperhitungkan inflasi yang telah melambat tajam dalam setahun terakhir dan mendekati target bank sentral AS sebesar 2 persen.

Namun, saat proposal pemerintahan baru mulai terbentuk, kepala Fed mengatakan bahwa bank sentral akan mulai memperkirakan dampaknya terhadap sasaran gandanya, yaitu inflasi yang stabil dan lapangan kerja yang maksimal.

"Ini adalah proses yang membutuhkan waktu," kata Powell, yang berbicara dalam konferensi pers setelah keputusan Fed untuk menurunkan suku bunga acuannya menjadi kisaran 4,50 persen-4,75 persen.

"Semua perubahan kebijakan sedang terjadi. Apa efek bersihnya? Efek keseluruhan terhadap ekonomi pada waktu tertentu? Itu adalah sebuah proses ... yang selalu kami lalui dengan setiap pemerintahan," lanjutnya.

Tahun-tahun pertama pemerintahan Presiden Joe Biden, misalnya, menyaksikan disahkannya sejumlah rancangan undang-undang infrastruktur utama dan pengeluaran lainnya yang meningkatkan pertumbuhan. Akan tetapi, menurut banyak ekonom, juga berkontribusi pada lonjakan inflasi yang akhirnya harus ditekan oleh Fed dengan kenaikan suku bunga yang cepat pada tahun 2022 dan 2023.

Inflasi telah turun sejak saat itu dan suku bunga kebijakan Fed juga turun, sebuah proses yang menurut Powell masih diharapkan akan mengarah pada suku bunga yang lebih netral yang tidak merangsang atau menahan perekonomian.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement