Jumat 24 Aug 2018 15:30 WIB

BUMN Targetkan Jembatan Holtekamp Diakses Desember

Jembatan ini merupakan infrastruktur yang bahannya berasal dari produsen lokal.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Menteri BUMN Rini Soemarno saat melakukan kunjungan ke Jembatan Holtekamp, Jayapura, Jumat (24/8). Ia menargetkan, jembatan dapat diakses masyarakat pada Desember.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Menteri BUMN Rini Soemarno saat melakukan kunjungan ke Jembatan Holtekamp, Jayapura, Jumat (24/8). Ia menargetkan, jembatan dapat diakses masyarakat pada Desember.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan, Jembatan Holtekamp di Jayapura, Papua, sudah bisa diakses masyarakat pada Desember. Sampai saat ini, rangka jembatan yang memiliki panjang 1.800 meter tersebut sudah jadi tapi belum dapat dilintasi. 

Menteri BUMN Rini Soemarno menjelaskan, Jembatan Holtekamp merupakan hasil kolaborasi berbagai pihak. Di antaranya PT PP, Hutama Karya, Nindya Karya dan PT PAL. "Jadi, ini bukti sinergi BUMN," ujarnya dalam acara kunjungan ke Jembatan Holtekamp, Jumat (24/8). 

Selain hasil sinergi BUMN, Jembatan Holtekamp memiliki kelebihan karena merupakan infrastruktur yang bahannya berasal dari produsen lokal, yakni baja dari PT PAL. Dari lokasi pembuatan bentangan di Surabaya, baja 'ditarik' ke Papua yang memakan waktu 17 hari. 

Dengan cara tersebut, proses pembangunan jembatan menjadi lebih cepat. Apabila bentangan dibangun di lokasi, setidaknya dapat memakan waktu hingga enam bulan. "Kita harus bangga dengan prestasi ini," ujar Rini.

Pembangunan Jembatan Holtekamp memecahkan dua rekor dari Museum Rekor Indonesia, yaitu atas rekor Pengiriman Rangka Baja Pelengkung Bagian Tengah secara Utuh dengan Jarak Terjauh, serta atas rekor Pengangkatan dan Pemasangan Rangka Baja Jembatan dalam Bentuk Utuh Terpanjang.

Direktur Infrastruktur PT PP Persero Tbk Toha Fauzi memenjelaskan, pembangunan Jembatan Holtekamp tidak mengalami kendala secara teknis. "Semuanya dapat berjalan lebih cepat dari enam bulan, waktu yang biasa ditempuh kalau konvensional," tuturnya. 

Hanya saja, Toha menambahkan, tantangan awal dari pembangunan jembatan ini adalah lokasinya di area gempa. Sehingga erection yang biasanya dilakukan di lokasi pembangunan jadi dilakukan di Surabaya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement