REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Bulog Sub Divre Subang menyatakan penyerapan beras saat ini terdampak musim kemarau. Sebelumnya perusahaan milik pemerintah itu mampu menyerap beras sebanyak 200 ton per hari. Akan tetapi kini penyerapan besar menurun sampai 50 persen.
Kepala Bulog Sub Divre Subang, Dandy Arianto, mengatakan, sampai saat ini stok beras yang ada di gudang Bulog mencapai 7.000 ton. Stok tersebut, bisa mencukupi kebutuhan program bansos rastra untuk 15 bulan ke depan. Dia menegaskan meskipun penyerapan berasnya terdampak kemarau tetapi stok yang masih tersedia cukup banyak dan aman.
"Kalau untuk stok tidak ada masalah. Beras kita masih sangat banyak," ujar Dandy, kepada Republika.co.id, Kamis (23/8).
Menurut Dandy, selain karena kemarau, penyebab menurunnya penyerapan beras tersebut akibat banyaknya petani yang menanam padi ketan. Sehingga, Bulog tidak bisa membeli ketan petani tersebut. Hal itu karena, tidak ada dalam ketentuan pemerintah.
Meski demikian, kata Dandy, pihaknya tetap optimistis target penyerapan beras sebesar 42 ribu selama 2018 bisa terpenuhi. Sebab, sampai akhir tahun nanti masih menyisakan empat bulan lagi. Apalagi, dalam beberapa bulan ke depan panen raya akan berlangsung di Subang maupun Purwakarta.
"Untuk penyerapan beras, kita masih mengandalkan areal persawahan di Subang. Sedangkan, di Purwakarta belum maksimal," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Gapoktan Mitra Tani Desa Tambakjati, Kecamatan Patokbeusi, Subang, Manaf Hadi Permana, mengaku, di wilayahnya tidak ada masalah dengan kemarau. Hal itu karena, suplai air yang ada di irigasi tetap ada. Dengan begitu, petani di wilayah itu bisa menanam dan panen sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
"Areal persawahan di kecamatan kami, belum ada yang terdampak kekeringan. Suplai airnya tetap ada," ujarnya.
Saat ini, harga gabah di kalangan petani sedang bagus yakni mencapai Rp 5.200 per kilogram untuk gabah kering pungut (GKP). Sebab, saat ini belum memasuki panen raya.