REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah mengatakan, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 5,5 persen belum memengaruhi harga jual rumah. Hanya saja, REI Jawa Tengah memperkirakan penyesuaian suku bunga kredit rumah komersial akan mulai dilakukan minggu depan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal REI Pusat Toto Lusida menegaskan, REI tidak pernah menyetujui atau menolak adanya kenaikan suku bunga untuk kredit perumahan (KPR). Pasalnya, margin yang dinikmati perbankan spread-nya masih sangat besar.
"Jadi kenaikan suku bunga KPR akan pengaruhi kinerja ekonomi mikro. Sedangkan ekonomi mikro ini kan sekarang perlu dibangkitkan dan dipacu," ujar Toto saat dihubungi Republika, Rabu (22/8).
Ia meminta pemerintah benar-benar mengawasi perbankan agar tidak seenaknya membuat kebijakan suku bunga KPR. "Jadi tolong pertimbangkan, dulu saat BI turunkan suku bunga acuannya, bank tidak akan turunkan bunga kredit. Sedangkan pas suku bunga acuan naik, langsung ingin naikkan suku bunga kredit," katanya.
Saat ini, kata dia, bunga KPR masih berkisar 12 sampai 13 persen. Maka menurutnya, bank harus benar-benar dikontrol oleh pemerintah.
Lebih lanjut, kata dia, REI selalu berkoordinasi dengan asosiasi perbankan (Perhimpunan Bank-bank Nasional/Perbanas) dan BI. "Maka menurut kami tidak perlu ada kenaikan suku bunga utamanya untuk kredit properti. Hal itu karena sektor properti berefek domino, banyak efeknya ke sektor lain," jelas Toto.