REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kementerian Keuangan menargetkan raihan penerbitan Savings Bond Ritel (SRB) seri SBR004 tahun ini mencapai Rp 1 triliun. Masa penawaran telah dimulai sejak 20 Agustus hingga 13 September 2018.
Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara (SUN) Direktorat SUN Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Heri Praptomo mengungkapkan, target yang ditetapkan tersebut masih sama dengan SRB003 tahun lalu. Namun, hasilnya bisa saja melampaui target tergantung kepada minat dari masyarakat terhadap investasi surat berharga negara tersebut.
"Dari target nominalnya aja SBR003 kemarin kan 1 triliun, tapi bisa terbit 1 triliun. Yang SBR004 ini kita tergetkan, target awalnya masih minimal 1 triliun. Jadi nanti bisa berubah, melihat animo masyarakat," kata Hari di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (21/8).
Ia pun menjelaskan, kemudahan dari SBR004 ini masih sama dengan SBR004. SRB004 merupakan kelanjutan dari SBR003. Kemudahannya sendiri dari sistemnya yang menggunakan sistem online.
"Jadi semua masyarakat bisa mengakses tanpa perlu datang ke mitra distribusi. Jadi lewat gadget ataupun lewat personal computer itu bisa diakses. Dan itu bisa diakses selama 24 jam selama masa periode penawaran," kata dia.
Masyarakat yang berminat berinvestasi di SBR004 dapat menghubungi 11 mitra distribusi yang ditetapkan melayani pemesanan secara langsung melalui layanan online. Beberapa bank mitra distribusi SBR004 yaitu BCA, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Permata, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Tabungan Negara (BTN).
Diberitakan sebelumnya, pemerintah resmi menjual surat utang negara (SUN) atau Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR004 secara online mulai hari ini (20/8). Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman mengatakan pembelian minimum SBR004 sebesar satu juta rupiah dan maksimum tiga miliar rupiah.
"Yang SBR004 kita turunkan target minimumnya satu juta rupiah kemudian dengan kelipatannya. Kemudian juga misalkan dulu berbasis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) rate sekarang BI 7-Day Reverse Repo Rate," kata Luky di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/8).