Selasa 14 Aug 2018 18:06 WIB

Kemenperin Hadapi Krisis Turki

Kemenperin akan mendorong investasi masuk di berbagai sektor industri di Tanah Air.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Turis menukarkan uang ke money changer di Istanbul, Turki, Senin (13/8). Merosotnya nilai mata ulang Lira Turki membuat turis asing menikmati lonjakan dolar yang dipegangnya.
Foto: AP
Turis menukarkan uang ke money changer di Istanbul, Turki, Senin (13/8). Merosotnya nilai mata ulang Lira Turki membuat turis asing menikmati lonjakan dolar yang dipegangnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya memperkuat sektor riil untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan di dalam negeri akibat krisis Turki. Salah satunya adalah dengan mendorong investasi masuk di berbagai sektor.

"Krisis di Turki itu membuat emerging economy mendapat sentimen negatif. Nah, tentu kita sebagai salah satu negara dengan emerging economy harus menjaga fundamental ekonomi,” ujar Menperin Airlangga Hartarto dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (14/8).

Untuk memperkuat sektor riil di dalam negeri, Kemenperin akan mendorong investasi masuk di berbagai sektor industri di Tanah Air. Selain itu, pemerintah akan meningkatkan nilai ekspor untuk berbagai produk manufaktur nasional dalam rangka melakukan subtitusi impor.

Kemenperin juga berupaya agar pasokan bahan baku untuk menopang proses produksi di sektor industri dapat terjaga dengan baik, sehingga menciptakan iklim usaha yang kondusif. “Industri manufaktur ini fundamental, makanya harus terus didorong. Jadi, tentunya struktur industri masing-masing diperkuat," tutur Airlangga.

Baca juga, Erdogan: Turki Boikot Produk Elektronik AS, Termasuk Iphone

Terlebih, di tengah kondisi perekonomian global yang belum stabil ini, pelaku industri nasional perlu lebih siap mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Adanya sentimen negatif harus dibuat positif dengan perkembangan fundamental ekonomi di Indonesia.

Airlangga menambahkan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk semakin memperkuat daya saing industri dalam negeri sekaligus menjaga ketahanan ekonomi nasional. Misalnya, melalui pemberian insentif agar ekspor bisa terus ditingkatkan. Sementara guna menggenjot investasi, pemerintah tengah berupaya memberikan insentif untuk relokasi pabrik, termasuk juga akan memberikan insentif untuk industri kecil dan menengah (IKM). 

Apalagi, menurut Airlangga, pemerintah sedang fokus menerapkan revolusi industri generasi keempat sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. “Revolusi industri saat ini sangat dipengaruhi adanya perkembangan teknologi sehingga akan mendorong inovasi,” ucapnya.

Dengan menerapkan industri 4.0, Airlangga optimistis Indonesia akan menjadi negara 10 besar dengan ekonomi terkuat di dunia pada 2030. Ini yang menjadi aspirasi Kemenperin dalam meningkatkan produksi, kemampuan ekonomi negara, dan investasi bertambah. “Jadi, kami terus pacu pertumbuhan industri bisa melebihi 1-2 persen daripada ekonomi,” ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement