Selasa 14 Aug 2018 09:37 WIB

Lira Turki Jatuh, Pemerintah Minta Pengusaha tidak Panik

Krisis ekonomi di Turki dinilai hanya akan berdampak temporer terhadap Indonesia

Rep: Adinda Priyanka/ Red: Nidia Zuraya
Mata uang Turki, lira (ilustrasi)
Mata uang Turki, lira (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) masih menghitung dan mempelajari dampak pelemahan ekonomi Turki terhadap perdagangan komoditi Indonesia. Diketahui, pada Senin (13/8), mata uang Turki lira mengalami anjlok sekitar 9 persen terhadap dolar AS ke posisi 6,99 lira per dolar AS.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, pelemahan ekonomi Turki tidak selamanya dilihat sebagai sebuah ancaman, melainkan kesempatan di bidang perdagangan. "Yang harus kita lihat ini adalah peluang bagi kita," ucapnya saat ditemui di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (13/8) sore.

Oke menambahkan, Indonesia harus bisa melihat celah kesempatan pada kondisi perekonomian Turki seperti halnya terhadap perang dagang antara Amerika dan Cina. Terlebih kedua negara merupakan pangsa pasar utama ekspor produk Indonesia.

Baca juga, BI Sebut Anjloknya Kurs Rupiah Akibat Krisis Keuangan Turki

Sementara itu, menurut Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution, penurunan lira terhadap dolar AS tidak sepatutnya ditakuti oleh para pelaku ekonomi dan investor di dalam negeri. "Pasti ada dampak tapi sifatnya sementara," tuturnya usai menghadiri acara Rapat Kooordinasi Nasional (Rakornas) Infrastruktur Informasi Geospasial di Jakarta, kemarin.

Kondisi temporer ini bukan tanpa alasan. Darmin menjelaskan, hal-hal yang terjadi di Turki seharusnya bersifat khusus atau dampaknya di daerah itu saja, sehingga tidak harus berlaku ke negara-negara lain termasuk ke Indonesia.

Secara psikologis, Darmin mengakui kondisi Turki tentu berdampak ke bursa saham dan mata uang negara-negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Dengan dampak Turki, investor pasar modal jadi keburu takut meski krisis Turki tidak berdampak secara sistemik.

Tapi, Darmin mengajak masyarakat Indonesia khususnya pelaku usaha untuk tidak panik menghadapinya. "Sebenarnya Indonesia tidak akan kena imbas kalau kita berpikir tidak kena imbas. Kami pikir, dampaknya mungkin hanya sementara," ujarnya.

Lira jatuh sekitar 16 persen terhadap dolar AS pada Jumat (10/8). Pelemahan tersebut terjadi saat Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif baja dan alumunium di Turki.

Pada Ahad (12/8) lira terjun bebas ke rekor baru sebesar 7,23 per dolar AS sebelum pulih menjadi 6,82 per dolar AS pada perdagangan Senin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement