Senin 13 Aug 2018 13:42 WIB

Erdogan: Jatuhnya Lira Merupakan Skenario Politik AS

Kementerian akan melakukan relaksasi pasar untuk menstabilkan mata uang.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolanda
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato terkait pelaksanaan referendum Turki di Istanbul (16/4)
Foto: Lefteris Pitarakis/AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato terkait pelaksanaan referendum Turki di Istanbul (16/4)

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebutkan jatuhnya mata uang Turki (lira) dipicu oleh perselisihan sengit dengan Amerika Serikat (AS). Ia mengatakan, itu merupakan skenario politik AS karena nilai tukar lira jatuh usai AS mengeluarkan sanksi politik.

"Tujuan operasi itu adalah untuk membuat Turki menyerah di semua bidang, dari keuangan hingga politik," kata Erdogan kepada para anggota partai yang berkuasa di kota Laut Hitam, Trabzon dilansir dari laman AFP News, Senin (13/8).

Menurut Erdogan, Turki saat ini sudah saatnya mencari pasar dan mitra baru. "Kami sekali lagi menghadapi plot politik, di bawah tangan. Dengan izin Tuhan kami akan mengatasi ini," tambahnya.

Baca juga, Turki Siap Lawan Perang Ekonomi AS

Perselisihan antara dua sekutu NATO itu disebabkan oleh penahanan seorang pendeta Amerika di Turki, Andrew Brunson. Hal itu benar membuat kemitraan di antara kedua negara Washington dan Ankara menjadi rumit. 

Sebelumnya, kedua negara itu juga berselisih mengenai Suriah. Perselisihan itu juga membuat gelisah pasar global pekan lalu sebab para investor mengkhawatirkan potensi penularan ekonomi dari Turki khususnya bank-bank di Eropa.

Lira jatuh sekitar 16 persen terhadap dolar AS pada Jumat (10/8). Pelemahan tersebut terjadi saat Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif baja dan alumunium di Turki. Pada Ahad (12/8) lira terjun bebas ke rekor baru sebesar 7,23 per dolar AS sebelum pulih menjadi 6,82 per dolar AS pada perdagangan Senin.

Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak mengatakan, Ankara berencana meluncurkan aksi sebagai tanggapan atas krisis ini. "Kementerian akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk relaksasi pasar," kata Berat.

Pendeta Brunson diketahui ditahan oleh Turki sejak Oktober 2016 atas tuduhan teror dan spionase. Jika semua tuduhan terbukti, ia terancam hukuman penjara 35 tahun. Trump memandang penahanan ini sebagai 'aib' dan mendesak Erdogan untuk membebasan Bronson.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement