REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia hingga Senin siang mengaku melakukan intervensi di pasar valas guna meredam tekanan global yang melemahkan nilai tukar rupiah. Hari ini, Senin (13/8) rupiah melemah hingga ke level psikologis baru di Rp 14.600 per dolar AS.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada Antara mengatakan Bank Sentral terus mencermati tekanan ekonomi global yang datang. Untuk mengantisipasi tekanan yang bisa saja semakin kuat, BI bersiap menjalankan dual intervensi dengan stabilisasi di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
"BI stabilisasi di pasar valas. Sejauh ini (tekanan) masih bisa dikendalikan, sedang kita upayakan," ujar Nanang.
Untuk stabilisasi pasar finansial domestik, BI biasanya melakukan intervensi di pasar valas, dan membeli Surat Berharga Negara (SBN). Hal itu merupakan langkah yang kerap disebut BI sebagai intervensi ganda.
Baca juga, Turki Siap Lawan Perang Ekonomi AS
Di pasar spot pada pembukaan perdagangan Senin ini, rupiah melemah hingga 157 poin menjadi Rp 14.643 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.486 per dolar AS. Di kurs refrensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI Senin ini, satu dolar AS setara dengan Rp 14.583 per dolar AS atau menunjukkan depresiasi rupiah sebesar 146 poin dibanding Jumat (10/8 ) yang sebesar Rp 14.437 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan sentimen negatif dari gejolak ekonomi Turki menjadi salah satu faktor yang membuat rupiah anjlok, bersama mata-mata uang negara lain di dunia. Turki sedang terancam krisis keuangan dan menjadi perhatian investor global karena semakin kuatnya intervensi Presiden Turki Erdogan ke Bank Sentral Turki, dan memburuknya hubungannya dengan Amerika Serikat.
"Nilai tukar lira Turki mencatatkan depresiasi tajam. Efek Turki ini dikawatirkan membuat mata uang dolar AS menguat dan sebaliknya 'emerging markets' lain termasuk rupiah akan melemah," kata Lana.