Sabtu 04 Aug 2018 12:18 WIB

Fintech Akseleran Salurkan Pembiayaan Rp 80 Miliar

Perusahaan ini mengganti model bisnisnya menjadi peer to peer (p2p) lending.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Co Founder & Chief Executive Officer Fintech  Akseleran Ivan Nikolas Tambunan menjelaskan kinerja perusahaan kepada Republika, Jumat, (3/8).
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Co Founder & Chief Executive Officer Fintech Akseleran Ivan Nikolas Tambunan menjelaskan kinerja perusahaan kepada Republika, Jumat, (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan teknologi keuangan (fintech) PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia resmi menjalankan model bisnis peer to peer (p2p) lending pada Oktober 2017. Sebelumnya, fintech yang diluncurkan pada Maret tahun lalu ini mengandalkan produk equity crowdfunding berbasis saham. 

"Ternyata setelah kita launching pada equity crowdfunding, adoption dari pasar kurang bagus. Hal itu karena budaya orang Indonesia, lebih suka investasi fixed income (pendapatan tetap) dan short term (jangka pendek) tidak lebih dari setahun," ujar Co Founder & Chief Executive Officer Akseleran Ivan Nikolas Tambunan kepada Republika, akhir pekan ini.

Sementara, kata dia, investasi melalui equity crowdfunding bersifat jangka panjang dan pendapatannya tidak tetap. Pendapatan bisa besar atau kecil bergantung usahanya.

Maka melihat prospek yang kurang positif, kata dia, Akseleran segera mengganti fokus bisnisnya menjadi p2p lending. Saat masih menjalankan model bisnis lama, pembiayaan perseroan kurang dari Rp 2 miliar dalam enam bulan mulai Maret hingga Oktober 2017.

"Setelah kita ubah jadi p2p lending, dalam waktu 10 bulan sampai Juli kemarin, total pembiayaan kita sudah lebih dari Rp 80 miliar, per hari ini mungkin sekitar Rp 83 miliar," tutur Ivan. 

Kini, kata dia, setelah menjadi fintech p2p lending pada Oktober, Akseleran menghubungkan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) menengah atas dengan masyarakat umum yang ingin berinvestasi. Jadi, uang dari investor disalurkan ke UKM sebagai pembiayaan atau pinjaman . 

Selama ini, kata Ivan, 80 persen pinjaman yang disalurkan berbasis tagihan. "Misalnya, UKM-UKM ini sudah dapat kontrak, atau PO (pre order) atau SPK (Surat Perintah Kerja) atau sudah masukin invoice tapi belum dibayar kliennya, dia bisa datang ke Akseleran bawa kontraknya atau lainnya," tutur Ivan. 

Sebanyak 20 persen sisanya, pembiayaan Akseleran disalurkan ke inventory financing. "Inventory financing itu pembiayaan untuk usaha ritel, agunannya berbentuk inventory persediaan dagang atau capital expenditure (capex) dari investasi ini, kalau orang mau expand beli peralatan, dia pasti awalnya ngasih seperti agunan," tuturnya. 

Meski usianya belum genap setahun, sampai hari ini Akseleran telah menyalurkan pembiayaan ke 150 lebih UKM. Dengan plafon rata-rata sebesar Rp 500 juta. Sementara jumlah investornya telah menembus 19 ribu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement