REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla optimistis, pemilihan umum (pemilu) 2019 mendatang memiliki efek positif dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Adapun, efek positif dari pemilu yakni ada kenaikan konsumsi karena para peserta pemilu mengeluarkan uang untuk berbelanja.
"Karena banyak calon-calon partai itu membelanjakan macam-macam, bisa belanja pesta-pesta, baliho, belanja bagi-bagi uang ke rakyat itu terjadi, akibatnya tentu konsumsi di perdesaan bisa naik akibat momen tersebut," ujar Jusuf Kalla acara business lunch 'Waspada Ekonomi di Tahun Politik' di Hotel Arya Duta, Kamis (2/8).
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengubah sistem dan aturan kampanye menjadi lebih minimalis. Namun, menurut Jusuf Kalla, hal ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Justru, ekonomi tetap tumbuh karena konsumsi meningkat.
Indonesia telah menggelar pemilu sebanyak tiga kali, yakni pada 2004, 2009, dan 2014. Jusuf Kalla mengatakan, tiga kali pemilu tersebut menyumbangkan efek positif dan negatif bagi perekonomian di Tanah Air. Jusuf Kalla menjelaskan, pada Pemilu 2004 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,4 persen lebih tinggi dari 2003.
Kemudian, pada 2009 pertumbuhan ekonomi memang menurun, tapi bukan disebabkan oleh pemilu, melainkan krisis ekonomi global. Adapun, pada 2014 pertumbuhan ekonomi sempat menurun karena harga komoditas dunia anjlok. Ketika itu, pemilu tidak terlalu banyak memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Jadi, pemilu itu tidak menjadikan ekonomi sulit, tapi justru konsumsi naik untuk hal-hal tertentu," ujar Jusuf Kalla.
Adapun terkait investasi, para investor memang cenderung wait and see karena masih menganalisa kebijakan ekonomi ke depannya. Namun, menurut Jusuf Kalla, pemilu tidak akan berpengaruh terhadap investasi infrastruktur. Sementara, investasi di bidang industri lebih banyak terpengaruh karena kebijakan suku bunga Amerika Serikat dan isu nasional.
Di sisi lain, Jusuf Kalla berpesan kepada media agar dapat menjaga independensi dan tidak memperkeruh keadaan dengan pemberitaan negatif saat pemilu. Sebab, apabila media membawa hal yang agak negatif maka akan memberikan kekhawatiran bagi masyarakat, dan menimbulkan ketidakpastian terhadap investasi. Jusuf Kalla mengatakan, apabila investasi terus menerus wait and see maka dapat memberikan efek berantai mulai dari pengangguran serta kemiskinan.
"Kita harap pemilu itu bukan dianalisa dari hal negatif, tapi diberikan harapan agar siapapun yang menang akan memperbaiki ekonomi kita, karena itu tugas media memberikan suasana damai, saya kira isu bad news good news itu tentu tidak lagi dipakai sebagai suatu pokok, tapi yang relevan lah," ujar Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla menegaskan, pemilu di Indonesia jauh lebih aman ketimbang pemilu di negara lain. Dia juga optimistis bahwa siapapun yang menang dalam kontestasi pemilu 2019 akan memberikan kebijakan yang ramah terhadap dunia bisnis dan investasi.