REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unit Usaha Syariah (UUS) CIMB Niaga atau CIMB Niaga Syariah menyasar pembiayaan sektor infrastruktur tahun ini. Porsi pembiayaan infrastruktur mencapai sekitar 30-40 persen dari total pembiayaan.
Head of Sharia Business Banking CIMB Niaga, Rusdi Dahardin, mengatakan, tahun ini CIMB Niaga Syariah fokus menyalurkan pembiayaan ke sektor infrastruktur, minyak kelapa sawit, manufaktur, dan industri. "Paling besar porsinya infrastruktur, hampir 30-40 persen dari total pembiayaan, sisanya lain-lain," ucap Rusdi saat mengunjungi kantor Republika.co.id di Jakarta, Rabu (1/8).
Rusdi menyebutkan, beberapa hari yang lalu CIMB Niaga menandatangani pembiayaan sindikasi proyek jalan tol Jakarta-Cikampek II Elevated senilai total Rp 2 triliun. Dari nilai tersebut, porsi CIMB Niaga Syariah mencapai Rp 1,3 triliun dan CIMB Niaga hanya Rp 700 miliar.
Menurut Rusdi, plafon pembiayaan infrastruktur CIMB Niaga Syariah mencapai Rp 10 triliun. Tetapi yang sudah digunakan baru sebesar Rp 6 triliun sampai Rp 7 triliun termasuk pembiayaan dari tahun sebelumnya.Dia berharap penyaluran pembiayaan infrastruktur bisa bertambah sampai akhir tahun ini.
Meski demikian, Rusdi mengaku CIMB Niaga Syariah lebih menyukai risiko yang terdiversifikasi tidak hanya satu proyek. Untuk itu, CIMB Niaga Syariah juga menyalurkan pembiayaan dengan limit hanya ratusan miliar rupiah.
"Porsi pembiayaan infrastruktur ke depan tergantung bagaimana kondisi ke depan. Kami akan masuk ke industri yang benar-benar produktif," ujarnya.
Direktur Perbankan Syariah CIMB Niaga, Pandji P Djajanegara, menyebutkan portofolio syariah terhadap CIMB Niaga mengalami peningkatan menjadi 11 persen per Juni 2018 dari sebelumnya hanya 4 persen pada 2015. Aset CIMB Niaga Syariah per Juni 2018 mengalami kenaikan sebesar 57 persen (yoy), pembiayaan tumbuh 56 persen year on year (yoy), dan dana pihak ketiga (DPK) naik 60 persen (yoy).
"Profit Before Tax (PBT) kami naik 48 persen, sedangkan kualitas pembiayaan yang tercermin dari NPF gross turun dari 1 persen pada Juni 2017 menjadi 0,95 persen," terang Pandji.
Secara terpisah, Head of Sharia Community Financial Services Maybank Indonesia, Dandy Suprandono, mengatakan, per Juni 2018 aset UUS Maybank Indonesia tumbuh menjadi Rp 29 triliun. DPK tumbuh signifikan dari Rp 13 triliun pada Juni 2017 menjadi lebih dari Rp 18 triliun per Juni 2018.
"Kami harapkan dengan peluncuran tabungan haji dan umrah MyArafah bisa meningkatkan DPK. Target kami 10 ribu nasabah calon haji sampai April 2019," kata Dandy di acara peluncuran tabungan haji dan umrah MyArafah di kantor pusat Maybank Indonesia, Jakarta, Rabu.
Dandy menambahkan, pembiayaan UUS Maybank Indonesia juga tumbuh sifnifikan menjadi Rp 23 triliun dari sebelumnya sekitar Rp 17 triliun. NPF diklaim sudah mengalami penurunan dari sebelumnya di atas 3 persen menjadi 2,7 persen.
Porsi pembiayaan cukup merata pada semua segmen, masing-masing Konsumer sekitar 25 persen, UMKM dan Komersial sekitar 40 persen. Sisanya korporasi. "Pembiayaan produktif kami segmen UMKM termasuk korporasi sekitar 70 persen," ungkapnya.