REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Nasional Andalan petani Tebu Rakyat Indonesia (Aptri) M Nur Khabsyin pesimistis Perum Bulog serius membeli gula petani. Khabsyin mengatakan tahun lalu, Bulog juga tidak bisa merealisasikan hal tersebut.
"Tahun lalu juga omong kosong saja tidak ada realisasi pembelian. Padahal tahun lalu juga Bulog ditugasi untuk membeli gula tani," kata Khabsyin, Rabu (25/7).
Khabsyin menegaskan Aptri meminta gula tani dihargai sebesar Rp 11 ribu perkilogram. Dengan harga tersebut, menurut Khabsyin para petani baru bisa mendapatkan keuntungan meski usulan harga pokok penjualan (HPP) dari Aptri sebesar Rp 12 ribu per kilogram.
Dia menilaim wacana pembelian gula tani oleh Bulog sebesar Rp 9.700 perkilogram seperti menolong para petani namun hal itu sama sekali tidak sesuai. "Kalau kebijakan dari pemerintah tidak menindas petani tentu harga akan normal," tutur Khabsyin.
Melihat pada kondisi 2016, Khabsyin mengatakan gula tani bisa laku dengan harga Rp 11.500 per kilogram. Hal itu terjadi dalam situasi pasar gula normal dan impor sesuai kebutuhan.
Sebelumnya, Aptri menilai harga gula petani jauh di bawah biaya pokok produksi (BPP). Saat ini harga gula petani Rp 9.100 sampai Rp 9.300 per kilogram. Angka tersebut dinilai di bawah biaya pokok produksi sebesar Rp 10.600 per kilogram.