REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan pada akhir 2018 mencapai kisaran 25 miliar dolar AS atau lebih tinggi pencapaian dari 2017.
"Defisit tahun lalu sekitar 20 miliar dolar AS, tahun ini 25 miliar dolar AS atau mungkin lebih," kata Mirza saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (25/7).
Mirza menambahkan proyeksi defisit neraca transaksi berjalan pada akhir tahun tersebut masih berada di bawah tiga persen terhadap PDB.
Sebelumnya, defisit neraca transaksi berjalan pada 2017 tercatat sebesar 17,3 miliar atau 1,7 persen dari PDB. Pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan defisit neraca transaksi berjalan tahun 2016 sebesar 1,8 persen dari PDB.
Perbaikan defisit transaksi berjalan tersebut bersumber dari peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah meningkatnya impor migas, defisit neraca jasa terkait defisit jasa transportasi, dan neraca pendapatan primer terutama untuk pembayaran repatriasi hasil investasi asing.
Pembenahan defisit neraca transaksi berjalan ini juga terlihat dari capaian neraca pembayaran Indonesia pada kuatal IV-2017 yang tercatat surplus sebesar 1 miliar dolar AS. Kinerja positif tersebut didukung oleh transaksi modal dan finansial yang mencatat surplus cukup besar, terutama yang bersumber dari investasi langsung dan investasi portofolio.
Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2017 sempat tercatat 130,2 miliar dolar AS, atau salah satu yang tertinggi dalam sejarah.