REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan pergerakan nilai tukar Rupiah masih menyesuaikan diri dengan perkembangan global terkini. Rupiah masih bisa naik ataupun turun.
"Segala sesuatu itu masih bisa naik dulu atau turun lagi, itu masih bergerak begitu," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, Jumat (20/7).
Darmin menilai pergerakan rupiah belum menuju titik keseimbangan baru, karena seluruh mata uang dunia sedang bergerak menanggapi membaiknya data perekonomian di AS. "Jadi jangan terlalu dianggap itu sudah keseimbangan baru. Mereka melangkah karena ada hubungannya dengan ucapan Gubernur The Fed," ujarnya.
Sebelumnya, nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, ditutup melemah sebesar 53 poin menjadi Rp14.495 dibandingkan posisi penutupan sebelumnya Rp14.442 per dolar AS.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta mengatakan faktor global lebih banyak berpengaruh pada pelemahan rupiah terhadap dolar AS tersebut.
"Memang indeks dari nilai dolar AS (USD index) menguat banyak," katanya.
Baca juga, Rupiah Kembali Melemah, Ini Penjelasan Sri Mulyani.
Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama negara lain pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) karena data ekonomi yang keluar dari Negeri Paman Sam itu secara umum positif.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (19/7) dikutip kantor berita Xinhua China menunjukkan adanya klaim pengangguran mingguan AS yang turun ke tingkat terendah sejak 1969.
Mata uang dolar (greenback) juga didukung oleh pernyataan terbaru dari Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve) Jerome Powell yang mengatakan ekonomi AS berada di titik puncak dalam beberapa tahun terakhir dengan kondisi pasar kerja tetap kuat dan inflasi tetap di sekitar target The Fed sebesar 2,0 persen.