Ahad 15 Jul 2018 03:00 WIB

Produksi Telur Ayam Turun, Dinas Bogor Bingung Operasi Pasar

Harga pakan yang naik turut menaikkan harga telur ayam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nur Aini
Peternak memanen telur ayam yang siap dijual di kawasan Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/7).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Peternak memanen telur ayam yang siap dijual di kawasan Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kenaikan harga telur ayam melanda beberapa wilayah termasuk Kabupaten Bogor. Harga telur ayam di wilayah ini mencapai Rp 30 ribu perkilogramnya dari harga normal Rp 23ribu.

Kasie Pengadaan dan Penyaluran Disdagin Ravi menyebut kenaikan harga ayam tersebut salah satunya dipengaruhi oleh produksi telur yang menurun. Penurunan produksi terjadi sekitar 20 hingga 30 persen.

"Jumlah indukan ayam di peternakan berkurang hingga produksi telur ayamnya juga menurun. Kalau kenaikan harga beras bisa kita lakukan operasi pasar atau murah tetapi kalau yang naik harga telur kita tidak bisa berbuat banyak. Kami saat ini menunggu kebijakan dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan," ujar Ravi, Sabtu (14/7).

Sementara itu, Kabid Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Bogor Jona Sijabat menyebut penyebab lain naiknya harga telur dipengaruhi merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mencapai Rp 14.407 per dolar AS.

"Kenaikan harga telur ayam karena merosotnya nilai tukar rupiah dan adanya perang dagang antara negara Amerika Serikat dengan Cina," ujar Jona.

Dia menerangkan mahalnya harga pakan ternak yang umumnya impor dan melambungnya ongkos produksi menjadi alasan peternak ayam menaikkan harga telur ayam tersebut.

"Pakan ternak ayam kan lebih banyak didatangkan dari Australia, Amerika Serikat, atau negara lainnya. Kalau nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot otomatis harga pakannya (ongkos produksi) naik dan menyebabkan harga telur ayamnya juga ikut naik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement