Jumat 13 Jul 2018 10:13 WIB

Perang Dagang, Kementan Minta Konsumen Beli Produk Lokal

Menggunakan produk lokal merupakan bagian untuk menjaga keamanan pangan nasional.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Teguh Firmansyah
Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Andriko Noto Susanto menjelaskan keberadaan Polbangtan.
Foto: Republika/Melisa Riska Putri
Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Andriko Noto Susanto menjelaskan keberadaan Polbangtan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Pertanian meminta konsumen menggunakan produk pertanian dalam negeri. Hal tersebut perlu dilakukan di tengah perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dengan Cina.

"Kita ciptakan pasar dalam negeri, membeli produk pertanian yang dihasilkan petani kita sendiri," kara Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Andriko Noto Susanto saat ditemui di Balai Besar Penelitian Pertanian (BBPP) Lembang, Kamis (12/7).

Seperti diketahui, perang dagang antara AS dan Cina bisa berdampak pada potensi makin besarnya arus barang dari Cina yang masuk ke Indonesia. Apalagi, AS sedang merevisi Generalized System of Preference (GSP).

GSP merupakan kebijakan perdagangan suatu negara yang memberikan manfaat pemotongan bea masuk impor terhadap produk ekspor dari negara lain. Jika USTR menilai Indonesia tak lagi laik mendapatkan fasilitas GSP, maka produk asal Tanah Air yang diekspor ke Amerika akan dikenakan tarif normal.

Berdasarkan laporan GSP Amerika Serikat pada tahun 2016, Indonesia memperoleh manfaat GSP sebanyak 1,8 miliar dolar AS dari total ekspor sebesar 20 miliar dolar AS.

Baca juga, Indonesia Lobi AS Agar Tetap Dapat Keringangan Bea Masuk. 

Mendag Enggartiasto Lukita berencana terbang ke Amerika Serikat untuk menemui Departemen Perdagangan AS atau United States Trade Representative (USTR) pada akhir Juli mendatang. Mendag akan melakukan negosiasi dengan USTR agar Indonesia tetap mendapatkan fasilitas Generalized System of Preference.

Menurut Andriko Noto Susanto, negara surplus pertanian di antaranya Cina, Kazakhstan dan Indonesia. Ia berpendapat, menjaga pasar dalam negeri dengan banyak menggunakan produk-produk lokal merupakan upaya untuk mengamankan pangan nasional. "Daripada uang keluar negeri lebih baik diputar di dalam negeri," katanya.

Sementara, itu Kementerian Pertanian terus berupaya melakukan regenerasi petani. Salah satunya melalui program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP).

Andriko menambahkan, langkah ini diambil untuk memunculkan minat, keterampilan dan jiwa kewirausahaan generasi muda di bidang pertanian.

"Regenerasi petani dikerjakan dengan fokus agar program aksi ini betul-betul melahirkan petani muda sekaligus wirausahawan milenial kompeten," kata dia saat ditemui di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang.

Program ini memberikan bimbingan, pendampingan dan pemagangan kepada mahasiswa sekolah tinggi pertanian, siswa SMK Pertanian, alumni perguruan tinggi pertanian dan generasi muda lainnya. "Kemudian kita memberikan modal," ujar dia. Modal usaha diberikan sebesar Rp 12 juta hingga Rp 35 juta per kelompok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement