Kamis 12 Jul 2018 18:59 WIB

BI: Pelemahan Rupiah Pukul Bisnis Ritel

Pengusaha ritel menurunkan margin keuntungan karena pelemahan rupiah.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
Warga memilih barang di sebuah toko ritel modern. Pemerintah tengah menggodok skema kemitraan antara ritel modern dan warung kecil.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Warga memilih barang di sebuah toko ritel modern. Pemerintah tengah menggodok skema kemitraan antara ritel modern dan warung kecil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, pelemahan kurs rupiah yang terus terjadi beberapa waktu terakhir turut memengaruhi keuntungan atau margin pengusaha ritel (eceran). Dampak tersebut terutama dirasakan pengusaha ritel yang bergantung pada bahan baku impor. 

Meski begitu, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia (BI) Yati Kurniati mengatakan, berdasarkan survei BI pada beberapa usaha ritel, rata-rata belum menaikkan harga. "Mereka belum ubah harga jual produknya tapi turunkan marginnya," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (12/7).
 
Menurut dia, para pengusaha ritel pun tetap tidak mau rugi. Hal itu yang membuat mereka menurunkan margin. 
 
Ia menyebutkan, ada beberapa sektor ritel yang marginnya turun. Sektor itu meliputi sektor kimia farmasi, makanan, serta minuman (mamin).  "Jadi yang paling berdampak pastinya yang importir input tinggi. Dia akan worry kalau nilai tukar terlalu lemah sebab biayanya akan lebih tinggi," kata Yati. 
 
Survei BI menyebutkan, per Mei 2018, penjualan eceran tumbuh 8,3 persen year on year (yoy). Sementara, pada Juni 2018 hanya tumbuh 6,8 persen year on year. "Peningkatan tertinggi pada Mei. Hal itu karena periode Idul Fitri," ujar Yati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement