REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inovasi beras saset yang dikeluarkan Perum Bulog mendapat apresiasi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Beras saset diharapkan bisa menjamin pasokan dan mengurangi fluktuasi harga beras di pasar. Namun wakil ketua komisi IV DPR RI Viva Yoga Mauladi meminta Bulog tidak menggunakan beras impor sebagai bahan baku beras kemasan ini.
"Beras saset harus beras lokal yang diproduksi oleh petani Indonesia, bukan beras impor," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id
Keamanan pangan sebagai hal penting yang menjadi sorotan juga harus bisa dijamin Bulog. Sehingga Bulog diminta mampu menjaga dan mengawasi kualitas beras saset agar aman dikonsumsi, misalnya tidak mengandung aflatoxin maupun kutu.
"Makanya standar kualitas harus menjadi prioritas utama bagi Bulog," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut ia meminta keterjangkauan harga beras saset oleh konsumen, namun memberi keuntungan bagi petani Indonesia. Untuk itu, pengemasan beras ukuran 200 gram ini harus memenuhi persyaratan peraturan dan dengan penekanan biaya.
Perum Bulog menargetkan beras saset sudah tersebar di seluruh Indonesia pada September 2018. Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Bulog Imam Subowo mengatakan ada beberapa proses yang perlu dipersiapkan agar beras saset tersebar di seluruh Indonesia.
Banyaknya beras saset yang tersebar di seluruh Indonesia, menurut Imam bukan menjadi target utama. Paling tidak, kata dia, di setiap titik di Indonesia sudah tersedia terlebih dahulu. Dalam waktu dekat Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bengkulu sudah mulai tersebar beras saset.
Saat ini, penjualan beras saset dibanderol sebesar Rp 2.500 setiap kemasan yang berisi sebanyak 200 gram. Imam menegaskan, harga tersebut berlaku di seluruh Indonesia meski kemungkinan nantinya bisa saja ada penyesuaian.