Rabu 04 Jul 2018 17:11 WIB

Nilai Tukar Rupiah Menguat pada Rabu Sore

Nilai tukar rupiah masih sangat dipengaruhi oleh sentimen perang dagang.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju kurs rupiah mulai positif. Berdasarkan kurs rerensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Rabu, (4/7), mata uang Garuda itu telah meninggalkan level Rp 14.400 per per dolar AS tepatnya Rp 14.343 per dolar AS.

Sebelumnya kemarin, (3/7) rupiah melemah hingga ke posisi Rp 14.418 per dolar AS.

Sementara itu, pada spot perdagangan mata uang, kurs rupiah ditutup menguat 0,24 persen atau 34 poin di Rp 14.363 per dolar AS. Sejak dibuka pagi tadi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang menunjukkan penguatan.

Bahkan sekitar pukul 09.00 WIB, penguatan rupiah sempat mencapai 63 poin. Dengan begitu pada perdagangan hari ini, kurs rupiah resmi meninggalkan level Rp 14.400 per dolar AS.

CFA Chief Investment Officer Eastspring Indonesia Ari Pitojo mengatakan, pergerakan rupiah memang tidak bisa dipastikan. Pasalnya laju mata uang Indonesia itu dipengaruhi oleh berbagai sentimen.  "Jadi outlook rupiah tergantung sentimen. Hanya saja pelemahan yang terjadi memang dampak dari trade war antara AS dan Cina," jelas Ari kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (4/7).

Baca juga, Rupiah Melemah, Menkeu: Kita Seleksi Impor.

Lebih lanjut, kata dia, melemahnya rupiah dipengaruhi pula oleh pergerakan mata uang Cina yuan yang juga melemah. "Ketika yuan melemah pasti rupiah ngikut dan yuan melemah akibat trade war. Maka kita akan tunggu bagaimana situasi ini," tuturnya.

Menurutnya, trade war atau perang dagang antara Cina dan AS tidak sesederhana yang terjadi. Dengan begitu, dari sisi strategis, AS harus berbuat sesuatu untuk mencegah tren impor dari Cina berlanjut.  "Jadi menurut kami ini akan terus bergejolak, AS akan terus ganggu Cina karena AS sekarang sudah menganggap Cina setara. Trade war ini tidak akan selesai dengan cepat," tegas Ari.

Sementara itu dari sisi sentimen domestik, dirinya menilai perekonomian Indonesia akan Bagus. Ditambah Bank Indonesia tidak hanya menaikkan suku bunga acuan tapi juga melonggarkan kebijakan Loan to Value (LTV).  "Maka paling tidak sentimen dari domestik netral ke arah positif. Sedangkan dari pasar global, ketidakpastiannya memang cukup tinggi," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement