Rabu 04 Jul 2018 13:34 WIB

Rupiah Menguat, Analis: Penjelasan Menkeu Direspons Positif

IHSG masih bergerak dalam zona merah.

Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat 63 poin menjadi Rp 14.334 dibanding posisi sebelumnya Rp14.397 per dolar AS. Penjelasan Menkeu dinilai direspons positif pasar.

"Adanya penjelasan dari Menkeu, Sri Mulyani, terkait sinergi kerja sama antara Pemerintah, Bank Indonesia, OJK, dan instansi lainnya yang terkait untuk meredam gejolak pelemahan rupiah tampaknya mulai direspons oleh pelaku pasar," kata Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (4/7).

Sebelumnya, pergerakan rupiah tidak kunjung membaik di tengah harapan adanya perlawanan pascakenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Di sisi lain, pergerakan dolar AS cenderung terapresiasi di tengah sikap pelaku pasar yang kembali memburu dolar AS jelang dirilisnya data-data ekonomi AS dan rilis The Fed pada Kamis pekan pekan ini. "Diperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran 14.425-14.350," ujar Reza.

Berbeda dengan rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu yang sempat dibuka menguat kini justru bergerak melemah dan berada di zona merah.

Masih adanya kepanikan pasar terkait dengan sentimen perang dagang yang dibarengi dengan sempat melonjaknya laju dolar AS terhadap Rupiah memberikan imbas negatif terhadap IHSG.

Sebelumnya pemerintah juga berencana untuk lebih selektif dalam melakukan impor. Hal itu guna memperbaiki neraca transaksi berjalan yang masih mengalami defisit. Untuk diketahui, neraca transaksi berjalan defisit sebesar 2,1 persen terhadap PDB pada kuartal pertama 2018.

"Kita akan mulai meneliti kebutuhan impor, apakah itu memang betul-betul yang dibutuhkan untuk perekonomian Indonesia dan secara selektif akan meneliti siapa-siapa yang membutuhkan apakah itu dalam bentuk bahan baku ataupun barang modal," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di kompleks Parlemen, Jakarta pada Selasa (3/7).

Baca juga, Rupiah Melemah, Menkeu: Kita Seleksi Impor.

Menkeu menjelaskan, pemerintah bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan akan terus mewaspadai kondisi yang terkait dengan dinamika nilai tukar maupun dari keseluruhan perekonomian. Salah satu hal yang dicermati adalah defisit neraca transaksi berjalan.

Oleh karena itu, pemerintah akan berkoordinasi untuk bisa memperbaikinya dengan mendukung ekspor dan mendorong pariwisata sebagai kegiatan yang bisa menghasilkan devisa untuk negara.

Hal itu menjadi respons pemerintah atas tren pelemahan rupiah yang terus terjadi meski BI telah menaikkan tingkat suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate hingga menjadi 5,25 persen.

Sri mengatakan, impor bahan baku masih dilakukan terutama untuk menunjang produksi. Akan tetapi, ia mengaku akan meninjau kembali impor barang modal terutama yang berhubungan dengan proyek-proyek pemerintah. "Kita akan lihat isinya apa dan apakah proyek ini urgent diselesaikan dan harus mengimpor barang modal," kata Sri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement