REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memastikan tidak akan ada tumpang tindih transmisi gas setelah mengakuisisi PT Pertamina Gas (Pertagas). dalam proses pembentukan holding BUMN migas.
"Sampai saat ini bisnis transmisi tidak ada tumpang tindih antara Pertagas dan PGN," kata Direktur Utama PGN Jobi Triananda di Jakarta, Selasa (3/7). PGN mengambil alih saham Pertagas yang dimiliki Pertamina dengan total nilai nominal sebesar Rp 16.604.312.010.201 atau (Rp16,6 triliun) atau setara dengan 51 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor dalam Pertagas.
Nilai transaksi tersebut merupakan harga pembelian untuk 2.591.099 lembar saham yang dimiliki oleh Pertamina dalam Pertagas, di mana PT Perta Arun Gas, PT Perta Daya Gas, PT Perta Samtan Gas, dan PT Perta Kalimantan Gas sudah dikeluarkan dari buku Pertagas, sehingga hanya terdapat PT Pertagas Niaga sebagai anak usaha di dalam buku Pertagas.
Jobi mengatakan perseroan akan menyelaraskan sejumlah bisnis Pertagas Niaga ke depan setelah aksi korporasi tersebut.
"Beberapa rencana pemasangan atau penyaluran gas ke pelanggan yang sudah dikoordinasikan untuk sementara akan dihentikan sehingga tidak ada duplikasi infrastruktur," ujarnya. Ada pun perseroan akan mengoptimalkan layanan terhadap pelanggan yang telah sama-sama dilayani PGN dan Pertagas Niaga sebelumnya.
Pertagas Niaga, lanjut Jobi, juga hanya akan mendapat penugasan khusus untuk penjualan produk-produk tertentu. Tujuannya agar pelanggan tidak kebingungan antara bisnis keduanya yang telah melebur jadi satu.
Peleburan tugas didasarkan atas sistem dan jaringan distribusi yang mayoritas telah dikuasai PGN. Hal itu terlihat dari besarnya jumlah pelanggan PGN yang mencapai 200 ribuan sementara Pertagas Niaga hanya sekitar 100-an pelanggan.
"Ini masih kita matangkan dalam waktu dekat sehingga nanti di pelanggan tidak ada kebingungan antara Pertagas Niaga dan PGN. Pertagas Niaga kita akan tarik, kita akan lebur untuk sama-sama jual gas di perniagaan," katanya.