Selasa 03 Jul 2018 21:04 WIB

BI Gencarkan Intervensi Ganda Hadapi Pelemahan Rupiah

Kenaikan suku bunga acuan diharapkan bisa menambah suplai dolar AS dari investasi.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nur Aini
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers seusai mengadakan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Jumat (29/6).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers seusai mengadakan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Jumat (29/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia akan menggencarkan intervensi ganda untuk menghadapi tekanan dolar AS. Nilai tukar rupiah diketahui terus melemah terhadap dolar AS.

Pelemahan rupiah tersebut turut dibahas dalam rapat koordinasi Anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di kantor Kementerian Keuangan pada Selasa (3/7).

"Ini kelanjutan dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Bagaimana kita perlu terus memperkuat koordinasi antara pemerintah dengan Bank Indonesia dan OJK," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Salah satu isu yang dibahas adalah menjaga stabilitas moneter dalam jangka pendek. Hal itu termasuk nilai tukar rupiah masih terus menghadapi tekanan dolar AS. Perry memastikan akan terus berada di pasar untuk melakukan intervensi ganda yakni hadir di pasar valuta asing dan membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Perry mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate menjadi 5,25 persen membuat pasar keuangan Indonesia terutama obligasi pemerintah tetap menarik bagi investor asing. Ia berharap, investor asing bisa kembali menanamkan dana dan kemudian berdampak pada stabilitas nilai tukar.

"Kita harapkan investasi masuk juga ke SBN dan itu juga menambah suplai dari dolar AS dan menstabilkan rupiah," kata Perry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement