Selasa 03 Jul 2018 05:01 WIB

Menkeu: Imported Inflation Belum Berpengaruh

Menkeu Sri terus mencermati pergerakan nilai tukar rupiah.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Keuangan Sri Mulyani
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Menteri Keuangan Sri Mulyani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, imported inflation atau inflasi akibat barang-barang impor belum berpengaruh ke Indonesia. Hal ini seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah dalam beberapa bulan terakhir.

"Hari ini BPS menyampaikan inflasi masih stabil. Artinya, imported inflation belum mempengaruhi ke dalam negeri," kata Sri di gedung DPR, Jakarta pada Senin (2/7).

Meski tingkat inflasi masih positif, Sri mengaku terus mencermati dampak perubahan nilai tukar maupun tingkat suku bunga terutama pada komponen investasi. Karena nilai tukar ikut mendongkrak harga bahan baku impor.

"Jadi memang yang kita harus jaga karena akan mendapatkan tekanan paling besar adalah investasi. Karena dia akan mendapatkan tekanan suku bunga naik. Bahan baku dan barang modal impor juga meningkat," kata Sri. 

Sri tetap berharap investasi bisa tumbuh lebih dari 8 persen atau lebih baik dari pertumbuhan di kuartal pertama 2018. Ia mengatakan, setiap pihak terkait akan mendukung lewat bauran kebijakan seperti Bank Indonesia melakukan relaksasi kredit dan pemerintah memberikan dukungan fiskal melalui insentif investasi.

"Ini supaya kami bisa melindungi momentum investasi walaupun dia menghadapi berbagai tekanan, dia akan tetap mendapat kompensasi dari pemerintah," kata Sri.

Sri mengaku akan terus melahirkan berbagai kebijakan untuk menjaga momentum investasi sehingga pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. Ia memperkirakan, tahun ini pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5,2 hingga 5,4 persen.

"Ekspor minus impor akan jadi lebih baik karena ekspor dipacu dan impornya bisa dikendalikan dan tentu dengan inflasi yang terjaga kita harap konsumsi rumah tangga akan bisa steady," kata Sri.

Baca juga,  Rupiah Kembali Melemah Dekati Level Rp 14.400 Per Dolar AS.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga kumulatif (IHK) pada Juni 2018 mengalami inflasi sebesar 0,59 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan angka tersebut, tingkat inflasi secara kumulatif sejak Januari hingga Juni 2018 adalah 1,9 persen. Sementara, jika dibandingkan dari tahun ke tahun (year on year/yoy), tingkat inflasi mencapai 3,12 persen. 

"Inflasi sebesar 0,59 persen dibandingkan inflasi periode Lebaran tahun sebelumnya lebih rendah," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin (2/7). 

Suhariyanto mengatakan, dari 82 kota yang dipantau, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 2,71 persen dan terendah di Medan dan Pekanbaru masing-masing sebesar 0,01 persen. 

Jika dibandingkan dengan periode Lebaran tahun sebelumnya, inflasi Juni 2018 lebih rendah. Suhariyanto menyebut, inflasi pada Juni 2017 dan tingkat inflasi pada Juli 2016 adalah 0,69 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement