Senin 02 Jul 2018 14:55 WIB

Ribuan Hektare Tanaman Padi di Indramayu Terancam Puso

Tanaman padi minim pasokan air karena kemarau.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Teguh Firmansyah
Padi puso (ilustrasi).
Foto: Antara/Rahmad
Padi puso (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Kekeringan di musim kemarau kembali menghantui tanaman padi di Kabupaten Indramayu. Jika tak segera diairi, tanaman padi terancam puso (gagal panen).

Kondisi itu seperti yang terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Kandanghaur, di antaranya Desa Karangmulya, Wirapanjunan, Karanganyar, Ilir dan Wirakanan. Di wilayah tersebut, lebih dari 1.000 hektare tanaman padi kini sudah sekarat karena tak kunjung mendapat pasokan air.

Kekeringan terjadi karena ketiadaan pasokan air dari saluran irigasi. Kondisi tersebut diperparah dengan cuaca panas setiap harinya.  Tanah di areal persawahan di desa-desa itu sudah retak-retak dan mengeras.

Sedangkan daun tanaman padinya mulai nglinting (menggulung) karena layu. Padahal, umur tanaman padi sudah berkisar antara satu sampai dua bulan.

"Tanaman padi mulai bunting (berbulir). Sangat butuh pasokan air yang cukup,’’ ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, Senin (2/7).

Waryono mengatakan, jika pasokan air tak segera tiba, maka tanaman padi terancam puso. Jikapun selamat, maka bulir padinya akan kosong. Akibatnya, petani terancam mengalami kerugian yang besar karena sudah mengeluarkan modal tanam yang tak sedikit.

Waryono menyebutkan, modal yang telah dikeluarkan petani sejak awal tanam hingga saat ini rata-rata sekitar Rp 6,5 juta per hektare. Selain untuk biaya pengolahan lahan dan penanaman, modal yang dikeluarkan juga digunakan untuk pemupukan dan penyemprotan hama. "Kalau tanaman padi ini sampai puso, modal yang sudah dikeluarkan petani bakal sia-sia,’’ tutur Waryono.

Para petani di wilayah tersebut kini hanya bisa pasrah. Mereka tak bisa melakukan upaya pengairan meski dengan pompanisasi. Pasalnya, saluran irigasi di wilayah mereka yang bersumber dari Bendung Rentang, Kabupaten Majalengka, juga mengering.

Waryono mengaku enggan untuk meminta tambahan pasokan air secara resmi dari instansi terkait. Pasalnya, dia pesimis permintaan itu akan dipenuhi. ‘’Males, susah. Semestinya pemerintah memahami dan tanggap dengan kondisi petani di lapangan,’’ keluh Waryono dengan nada kecewa.

Berdasarkan catatan Republika.co.id, kekeringan yang melanda wilayah Kecamatan Kandanghaur memang biasa terjadi setiap musim kemarau. Wilayah itu merupakan daerah paling ujung dari layanan irigasi Bendung Rentang.

Salah seorang petani di Desa Karanganyar, Warto, mengaku kini hanya bisa pasrah melihat tanaman padinya yang mengering. Dia berharap, pemerintah bisa membantu mendatangkan pasokan air menuju desanya. "Kalau air tak kunjung datang, tanaman padi bisa mati," kata Warto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement