REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Transaksi yang menggunakan dolar AS makin meluas di Iran seiring dengan merosotnya nilai tukar rial Iran. Dikutip dari Reuters, nilai rial Iran telah merosot 40 persen sejak keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 8 Mei lalu untuk mundur dari perjanjian nuklir dengan Iran.
Sebagai buntut keputusan Trump tersebut, AS kembali menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran. Dampak dari sanksi itu, permintaan dolar AS di Ibu Kota Tehran meningkat tajam. Kondisi ini lalu dimanfaatkan oleh negara tetangga mereka, Afghanistan.
"Sejak penerapan sanksi dari AS pada Iran, banyak warga Afghanistan yang membawa dolar AS ke perbatasan," ujar Ketua Federasi Money Changer Herat, Bahulludin Rahimi.
Salah satunya adalah Aziz Ahmad, warga asli Herat, Afghanistan, yang memanfaatkan mobil angkutan penumpang miliknya menjadi tempat penukaran dolar AS untuk masyarakat di Mashhad, Iran. Sehari-hari, Aziz membawa penumpang dari Herat ke Mashhad, sambil membawa ribuan dolar AS.
Dalam sekali perjalanan, ia biasa membawa 5.000-6.000 dolar AS. Aziz bisa mendapat keuntungan sebanyak 100 dolar AS dari hasil penukaran uang. "Belakangan ini lebih mudah untuk mendapatkan uang dengan menjual dolar AS di Iran," ujarnya.