REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan segera melakukan pengetatan moneter. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps), dari 4,75 persen menjadi lima persen.
Melalui pengetatan tersebut, ekonom Indef Bhima Yudhistira berharap kupon surat berharga negara (SBN) bisa naik. Maka, yield spread dengan treasury bond bisa ditekan dan harga beli SBN di pasar sekunder kembali naik.
"Sejauh ini yield SBN tenor 10 tahun mencapai 7,9 persen. Lalu, treasury bond sebesar 2,8 persen," katanya kepada Republika, Rabu (27/6).
Ia menilai, yield spread telah naik cukup signifikan dalam sepekan terakhir. Hal itu menunjukkan minat investor yang minim untuk membeli SBN.
Di sisi lain, kata dia, kenaikan suku bunga acuan BI sebanyak tiga kali dalam dua bulan terakhir juga menunjukkan kepanikan BI dalam menghadapi tekanan kurs dolar AS. "Hal itu bisa dimanfaatkan spekulan valas untuk melakukan aksi profit-taking," tutur Bhima.