Selasa 12 Jun 2018 09:30 WIB

Cina akan Bangun Pabrik Baja di Zimbabwe

Proyek ini bisa menyerap hingga 3.000 tenaga kerja permanen.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Pabrik Peleburan Baja
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pabrik Peleburan Baja

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Zimbabwe dan Cina telah menandatangani kesepakatan senilai 1 miliar dolar AS untuk mendirikan pabrik baja. Pabrik ini akan memproduksi hingga 2 juta ton baja per tahun.

Dilansir di Xinhua News, Selasa (12/6), kesepakatan tersebut merupakan salah satu yang ditandatangani dalam Forum Bisnis Zimbabwe-Cina. Dalam pertemuan ini, delegasi Cina dipimpin Sekretaris Komite Partai Komunis Cina untuk Provinsi Zhejiang, Che Jun. Dia mengatakan, delegasi Cina berada di Zimbabwe untuk mencari peluang bisnis dan investasi.

Che mengatakan, Provinsi Zhejiang ingin menyuntikkan investasi di Zimbabwe untuk mendukung inisiasi One Belt One Road. Perdagangan antara Zhejiang dan Zimbabwe mencapai 160 juta dolar AS pada 2017.

Sekretaris Kementerian Pertambangan dan Pengembangan Pertambangan Zimbabwe, Munesu Munodawafa mengatakan, kesepakatan kerja sama bisnis dengan Cina mencakup pembangunan pembangkit listrik 600 megawatt. Pembangkit ini akan digunakan untuk memasok listrik bagi pabrik baja yang rencananya dibangun di Provinsi Midland, Zimbabwe. Munodawafa mengatakan, studi kelayakan untuk proyek pembangunan tersebut akan dimulai pada 1 Juli 2018.

"Proyek ini bisa menyerap hingga 3.000 tenaga kerja permanen dan menghasilkan hingga dua juta ton baja per tahun," kata Munodawafa.

Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa mengundang investor Cina untuk memanfaatkan peluang investasi yang cukup besar di Zimbabwe. Bahkan, dia juga mengundang lembaga keuangan Cina untuk berinvestasi di Zimbabwe. Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mendorong kebangkitan ekonomi Zimbabwe setelah bertahun-tahun terisolasi dari dunia internasional.

"Kami mengharapkan investasi besar-besaran oleh perusahaan Cina, dan ini akan mendorong Zimbabwe mencapai visi menjadi ekonomi berpenghasilan menengah pada 2030," ujar Mnangagwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement