Kamis 07 Jun 2018 14:42 WIB

Jokowi: Kita Harus Memiliki Kedaulatan Pangan

Presiden dorong kewirausahaan petani dan digitalisasi sistem pertanian.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Jokowi meninjau Sentra Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Kamis (7/6).
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Presiden Jokowi meninjau Sentra Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Kamis (7/6).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, pangan akan menjadi komoditas yang diperebutkan negara mana pun. Negara yang tidak memiliki ketahanan dan kedaulatan pangan akan bingung.

"Peran petani menjadi sangat penting ke depan dalam menjaga stabiltas pangan sebuah negara. Petani bakal memiliki peran strategis di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia," ujar Jokowi usai peresmian program kewirausahaan petani dan digitalisasi sistem pertanian di Sliyeg, Indramayu, Kamis (7/6).

Namun, menurut Jokowi, dengan peran penting ini bukan berarti petani bisa duduk-duduk tenang dan berdiam diri. Justru sektor pertanian mulai sekarang harus memperbaiki diri agar produktivitasnya terus meningkat. "Kita harus berbenah diri supaya kita bisa memenangkan kompetisi dunia ini terutama di bidang pangan," katanya.

Program kewirausahaan petani dan digitalisasi sistem pertanian merupakan model baru dalam memajukan perekonomian para petani melalui berbagai instrumen. Progam ini mendorong petani untuk bermitra dengan Badan Usaha Milik Desa Bersama (MBB).

Untuk MBB Sliyeg tercatat memiliki satu Badan Usaha Milik Desa/BUMDes Kecamatan (terdiri dari 14 BUMDes) dan satu Perkumpulan Gabungan Kelompok Tani/Gapoktan (yang terdiri dari 127 Poktan dan 7009 Petani). Jumlah produksi padi tercatat 54.000 ton per tahun dengan total luas lahan sebesar 4.384 Ha.

MMB Sliyeg merupakan salah satu pilot project kewirausahaan petani yang menerapkan sistem digitalisasi pertanian di mana digitalisasi dilakukan dengan sebuah aplikasi Logistik Tani/LOGTAN sebagai platform digital yang mengintegrasikan empat siklus pertanian (pratanam, tanam, panen, pasca panen) sehingga akan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.

Baca juga,  Impor Harus Diimbangi Data Pangan yang Valid.

Jenis layanan MBB antara lain pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR/Non-KUR), penyaluran pupuk dan marketplace holtikultura dengan pelanggan utama petani dan BUMDes.

Jokowi mengatakan, model bisnis seperti ini akan dievaluasi dalam enam bulan atau satu tahun ke depan. Jika program pertama di Indramayu ini sukses maka pemerintah akan melakukannya untuk kelompok tani di daerah lainnya.

"Intinya kita ingin membangun sebuah organisasi korporasi petani yang lebih efisien, yang bisa memberikan keuntungan yang besar kepada petani dan model-model seperti ini lah yang saya kira bisa dikembangkan karena memang keuntungan terbesar adalah pascapanen," ujar Jokowi.

Dia menuturkan, dengan program yang baru diluncurkan kali ini bukan berarti pemerintah memiliki hambatan dalam menjalankannya. Sebab perhitungan untuk membangu program serupa sudah diketahui secara rinci. Misalnya untuk dryer sudah tahu harganya Rp 1,5 miliar, kemudian ricemil unit sekitar Rp 4 miliar. Selain itu produksi pascapanen pun sudah diketahui pembiayaannya sehingga tinggal bagaimana mengorganisirkan seluruh program ini secara benar.

Menteri BUMN Rini Soemarno mengungkapkan, kehadiran MBB Sliyeg sebagai salah satu program percontohan merupakan bukti nyata kehadiran BUMN dalam mendorong peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani. MBB merupakan korporasi yang dikelola dengan sistem yang lebih efektif dan menguntungkan dengan menyediakan layanan yang bertujuan untuk mendukung kemajuan dan kemakmuran petani.

"Apresiasi saya bagi BUMN dan Pemda yang telah berkolaborasi. Melalui keberadaan MBB ini diharapkan para petani yang sebelumnya hanya sebagai penanam yang menghasilkan padi saja, harapannya juga bisa menjadi wirausaha yang unggul dan hidupnya lebih sejahtera. Keberadaan MBB ini harus kita jaga dan terus kita kembangkan," ungkapnya melalui siaran pers.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement