Rabu 06 Jun 2018 13:54 WIB

Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,2 persen pada 2018. Angka itu lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,3 persen.

"Seiring dengan proyeksi pertumbuhan perekonomian global yang melambat dan arus perdagangan menurun dari level tertingginya baru-baru ini, pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksikan mencapai 5,2 persen pada 2018," kata Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Frederico Gil Sander dalam laporan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia di Bursa Efek Indonesia, Jakarta pada Rabu (6/6).

Baca juga, Pertumbuhan Ekonomi 5,8 Persen pada 2019 Terlalu Optimistis ?

Bank Dunia memperkirakan konsumsi rumah tangga akan sedikit meningkat. Sementara, pertumbuhan investasi diproyeksikan tetap tinggi karena dorongan tingginya harga komoditas yang terus berlanjut.

Namun, mengingat sifat investasi yang membutuhkan impor, ekspor neto masih akan menjadi faktor yang memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, risiko terhadap perkiraan perekonomian cenderung menurun. Hal itu karena kondisi moneter terus mengetat dan timbulnya volatilitas keuangan yang berpusat di negara-negara berkembang yang lebih rentan, seperti Argentina dan Turki.

Defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan akan melebar dengan permintaan dalam negeri yang lebih tinggi, kondisi perdagangan yang lebih lemah, dan pertumbuhan global yang lebih lambat.Ekspor diperkirakan akan terus melemah karena pertumbuhan ekonomi dan perdagangan global diperkirakan akan melambat.

Sementara itu, inflasi diperkirakan akan tetap rendah tahun ini. Namun, inflasi diprediksi akan meningkat pada 2019 karena biaya impor yang lebih tinggi terkait dengan harga minyak mentah yang lebih tinggi dan mata uang yang lebih lemah.

"Penerimaan pemerintah diperkirakan akan meningkat secara bertahap karena reformasi peningkatan penerimaan meningkatkan total penerimaan keseluruhan dan meningkatkan ruang fiskal untuk pengeluaran tambahan," kata Frederico.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement