Selasa 05 Jun 2018 18:17 WIB

Bulog Pantau Pergerakan Harga Beras

Bulog telah siapkan stok untuk stabilisasi harga beras.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Teguh Firmansyah
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso dalam sesi wawancara bersama Republika di Kantor Perum Bulog, Jakarta, Rabu (23/5).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso dalam sesi wawancara bersama Republika di Kantor Perum Bulog, Jakarta, Rabu (23/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bulog Budi Waseso mengatakan, Bulog saat ini terus memonitor pergerakan harga beras di sejumlah daerah. Sebab harga beras bisa saja melonjak di daerah seiring banyaknya masyarakat yang mudik ke kampung halaman.

"Sekarang ini kan sudah pada mudik di kantor pusat, kantor wilayah, nah ini kan kebutuhannya pasti berbeda-beda. Perubahan ini kami harus monitor," ujar Budi Waseso usai rapat internal dengan Presiden Joko Widodo, Selasa (5/6).

Buwas, sapaannya, memastikan Bulog sejauh ini terus memantau dan menyerap beras dari petani untuk stok di setiap gudang. Dengan ketersediaan yang memadai maka ketika harga melambung dan tidak terkendali Bulog bisa langsung melakukan stabilisasi dengan beras yang telah dipersiapkan.

Stok Bulog saat ini sebanyak 1.490.000 ton per Senin (4/6). Pengadaan dalam negeri sekitar 800-an ribu dan 190 ribu ton beras komersial. Kemudian 500 ton diisi dari beras impor.

Dalam rapat internal ini juga, pemerintah belum membicarakan mengenai kemungkinan penurunan harga eceran tertinggi (HET) beras jenis medium. Pertemuan hanya memastikan ketersediaan beras dengan kualitas baik terjaga bagi masyarakat jelang lebaran.

Sebelumnya Kementerian Perdagangan (Kemendag) memutuskan untuk menurunkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras dari 9.450 per kilogram menjadi Rp 8.950 per kilogram. Namun, hal tersebut dinilai DPR RI kurang tepat.

Ketua KomisiIV DPR RI Edhy Prabowo mengatakan, regulasi yang dibuat Kemendag untuk konsumen adalah penting. Namun, yang paling penting saat ini bukan menentukan harga.

"Dia intervensinya sejauh mana. Dia tau tidak berapa beras yang dikuasai oleh pemerintah sendiri, berapa yang di masyarakat," katanya saat ditemui di Gedung Nusantara DPR/MPR, Senin (3/6).

Baca juga, Bulog:  Serapan Beras Rendah Harga di Petani Tinggi.

Termasuk, Kementan mengetahui pasokan yang dimiliki oleh perusahaan beras. Menurutnya, bicara konsumsi makanan adalah bagaimana di tingkat produksi, produsennya tidak terpukul begitu juga di tingkat konsumsi, konsumen tidak terpukul dengan harga yang tinggi.

Petani senang dengan harga yang tinggi hingga melewati harga pembelian Bulog. Pemerintah pun berupaya menekan harga dengan memasukkan beras impor yang dijual di atas Rp 9.000 per kilogram (kg). Harga beras impor yang tinggi justru tidak bisa menekan harga menjadi lebih rendah.

"Kalau selama ini kita berharap harganya turun enggak akan turun-turun. Nah ini yang terjadi," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement