Selasa 05 Jun 2018 16:13 WIB

Presiden Jokowi Senang Inflasi Lebih Rendah

Presiden bahas kesiapan pangan jelang lebaran.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Joko Widodo
Foto: Republika/Wihdan
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumpulkan sejumlah menteri ekonomi untuk membahas persiapan stok pangan menjelang hari raya Idul Fitri (lebaran). Hadir di antaranya Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri BUMN Rini Soemarno dan Kepala Bulog Budi Waseso.

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika mengatakan, pertemuan ini hanyalah rapat normatif. Para menteri memaparkan dan secara rinci menjabarkan mengenai pergerakan harga barang, kebutuhan pokok di saat puasa hingga mendekati lebaran.

"Ini nomatif saja. Harga pangan pun sekarang kan mulai turun seperti beras. Kan dilihat secara cermat dari masing-masing kementerian. Dilihat sumbatannya apa saja. gak lama kok tadi rapatnya," ujar Ahmad di Istana Negara, Selasa (5/6).

Terkait perubahan harga eceran tertinggi (HET) beras medium, Ahmad menuturkan bahwa dalam rapat internal tersebut tidak menyinggung hal itu. Justru Jokowi senang karena inflasi saat ini terjadi dengan baik dan lebih rendah dibandingkan tiga tahun terakhir secara year to year (yoy). "Untuk Kementerian BUMN kan unit bisnisnya ada yang terkait bahan pokok, apa juga yang bisa dibantu untuk lebaran ini," ujar Ahmad.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan stabilitas harga pangan memberikan kepastian terhadap pengendalian laju inflasi yang pada Mei 2018 tercatat sebesar 0,21 persen. "Stabilitas harga pangan dan pasokan bisa memberikan tingkat kepastian," kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin (4/6).

Sri Mulyani mengatakan, laju inflasi pada Mei atau pada awal periode Ramadhan ini relatif rendah dibandingkan pencapaian sebelumnya. Untuk itu, ia menyambut baik hasil koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia yang selama ini telah menjaga inflasi tetap rendah guna menjaga daya beli masyarakat.  "Kita sambut gembira bahwa memasuki Ramadhan dan mendekati Lebaran hanya 0,21 persen. Tahun lalu menjelang lebaran bisa hampir setengah persen," kata Sri Mulyani.

Pada rilis inflasi yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada periode awal Ramadhan pada Juni 2016, inflasi sebesar 0,66 persen dan pada Mei 2017, inflasi tercatat 0,39 persen. Inflasi tahun ke tahun (yoy) pada Juni 2016 juga tercatat mencapai 3,45 persen dan pada Mei 2017 sebesar 4,33 persen. Hingga Mei 2018, inflasi tahun ke tahun tercatat hanya 3,23 persen.

 

Daya beli

Pengamat ekonomi dari Asian Development Bank (ADB) Institute Eric Sugandi menilai, inflasi Mei 2018 sebesar 0,21 persen (month to month/mtm) dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang belum pulih. Hal itu membuat tingkat inflasi pada Mei tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang sebesar 0,39 persen.

"Memang konsumsi rumah tangga masih belum tumbuh kuat dan daya beli masih belum pulih," kata Eric ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (4/6).

 

Ia menilai, faktor permintaan yang belum tumbuh kuat membantu inflasi terkendali di periode Ramadhan tahun ini. Meski begitu, ia tak menampik, terdapat perbaikan pula dari sisi suplai seperti kebijakan impor beras. Kebijakan pemerintah untuk tidak menaikkan BBM bersubsidi dan Tarif Dasar Listrik (TDL) tahun ini juga dinilai membantu inflasi tetap terjaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement