REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para petani yang tergabung dalam Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menolak keras rencana pemerintah yang akan menurunkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium dari Rp 9.450 per kilogram menjadi Rp 8.950 per kilogram. Petani mengancam tak akan menjual gabah hasil produksi mereka jika kebijakan itu diterapkan.
"Bentuk perlawanan petani tidak dengan demo, tapi dengan cara menahan gabah," ujar Ketua Umum KTNA Winarno Thohir, saat dihubungi Republika.co.id, Senin (4/6).
Bagi Winarno, penurunan HET beras medium tidak masuk akal mengingat harga keekonomian beras yang makin tinggi. Ia menjelaskan, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah tidak pernah naik selama tiga tahun terakhir. Sementara, harga jualnya terus ditekan.
Menurut Winarno, dengan HET Rp 9.450 per kilogram saja, petani sebenarnya sudah merasa keberatan. Meski begitu, kebijakan itu masih dapat diterima.
"Kalau sekarang HET mau diturunkan lagi, kami akan berontak," ucapnya.
Baca juga, Peritel Sudah Turunkan Harga Jual Beras Medium
Berdasarkan hasil rapat koordinasi di tingkat Kementerian Perekonomian, pemerintah memutuskan untuk menurunkan HET beras medium sebesar Rp 500 per kilogram untuk semua wilayah. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, keputusan ini diambil untuk menaikkan daya beli masyarakat.
Ia optimistis, penurunan HET beras medium dapat terealisasi. Sebab, menurut dia, saat ini hampir semua pedagang sudah menjual beras medium di bawah HET.
"Kami sudah kunjungi 34 provinsi. Semua rata-rata menjual di bawah HET. Lalu, stok juga kita sudah siap seandainya diperlukan."