Ahad 03 Jun 2018 16:24 WIB

BNI Syariah IPO Tahun Depan

Rencana detail IPO akan didiskusikan terlebih dahulu dengan pemegang saham.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Friska Yolanda
BNI Syariah
BNI Syariah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - BNI Syariah berencana melaksanakan penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada 2019. Rencana tersebut mempertimbangkan pertumbuhan anorganik perusahaan. 

Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo, mengatakan, BNI Syariah menyadari pentingnya mendapatkan akses ke pasar modal untuk pendanaan di masa depan. Akses ke pasar modal tersebut selain dapat meningkatkan posisi kompetitif, juga meningkatkan tingkat transparansi dan akuntabilitas perusahaan. Secara internal, moral dan engagement karyawan akan juga meningkat diiringi dengan rasa kebanggaan bekerja di perusahaan yang telah go public

"Untuk ini, BNI Syariah secara internal telah menyiapkan diri dengan dukungan dari pemegang saham untuk mengkaji kemungkinan IPO serta waktu pelaksanaan yang tepat," kata Firman saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (3/6). 

Firman menyatakan akan segera mengumumkan lebih lanjut mengenai rencana IPO tersebut setelah Direksi BNI Syariah berkoordinasi dengan pemegang saham dan pemangku kepentingan yang terlibat.

Direktur Bisnis BNI Syariah, Dhias Widhiyati, mengatakan, pertumbuhan anorganik telah menjadi pertimbangan BNI Syariah dalam melaksanakan rencana IPO tersebut. "Ada beberapa alternatif untuk tumbuh secara anorganik antara lain melalui IPO. Harapan pertumbuhan tersebut dapat direalisasikan tahun depan," jelas Dhias.

Pengamat Ekonomi Syariah dari Karim Consulting, Adiwarman Karim menyatakan tahun 2019 menjadi waktu yang tepat BNI Syariah bagi BNI Syariah untuk melakukan IPO. Sebab, diharapkan tahun depan kondisi pasar modal di Indonesia telah membaik dibandingkan tahun ini. 

Pada kuartal pertama 2018, BNI Syariah membukukan laba bersih sebesar Rp 94,48 miliar. Nilai ini naik 21,69 (yoy) persen dari Maret 2017 yang sebesar Rp 77,64 miliar. 

Aset BNI Syariah sampai Maret 2018 tercatat sebesar Rp 38,54 triliun atau naik 29,07 persen (yoy) dari Maret 2017. Pertumbuhan aset tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan industri Bank Umum Syariah (BUS) per Februari 2018 sebesar 7,32 persen (yoy). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement