REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurs rupiah harus rela melemah 30 poin atau 0,21 persen, meski sempat menguat terhadap dolar AS. Mata uang Garuda berada di posisi Rp 14.025 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi ini, Senin, (30/5).
Sementara itu, berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), posisi terakhir rupiah di level Rp 14.065 per dolar AS pada Senin, (28/5). Angka itu menguat dibandingkan Jumat pekan lalu yang menembus Rp 14.166 per dolar AS.
Analis Binaartha Securities Reza Priyambada menilai, di tengah sejumlah sentimen positif dari dalam negeri, laju rupiah mampu bergerak positif. Bahkan terapresiasi sempat meninggalkan level psikologisnya di level Rp 14 ribu.
Hal itu, kata dia, berkat adanya sejumlah kebijakan yang akan dicanangkan Gubernnur BI baru Perry Warjiyo. "Terutama terkait dengan relaksasi Loan to Value (LTV) kredit perumahan cukup membantu laju Rupiah kembali bergerak positif," jelasnya di Jakarta, Rabu, (30/5).
Meski menurutnya, hal itu dibarengi pula dengan koreksi pertumbuhan ekonomi 2018 oleh pemerintah. Hanya saja tidak menghalangi laju rupiah untuk bergerak positif.
"Mulai adanya pergerakan positif pada rupiah diharapkan dapat kembali berlanjut. Seiring masih adanya sentimen positif dari dalam negeri," ujar Reza.
Kendati demikian, ia mengingatkan perlu kembali dicermati pergerakan dolar AS yang kembali menguat dengan memanfaatkan pelemahan euro yang terimbas kisruh kondisi politik di Italia. "Tetap cermati berbagai sentimen yang dapat menahan kenaikan lanjutan dari Rupiah," tegasnya.
Reza memperkirakan, kurs rupiah hari ini akan bergerak di kisaran support Rp 13.995 per dolar AS. Lalu di resisten Rp 13.979 per dolar AS.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan tengah menyiapkan kebijakan makroprudensial dalam jangka pendek. Kebijakan itu berkaitan dengan kredit properti. "Kami sedang lihat sejumlah relaksasi terkait LTV (Loan to Value) perumahan. Kami akan lihat rasionya," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo kepada wartawan di Jakarta, Senin, (28/5).
Baca juga, Gubernur BI Paparkan Penyebab Kurs Rupiah Tertekan.
Tidak hanya itu, kata dia, bank sentral juga fokus pada beberapa peraturan yang selama ini menghambat penyaluran kredit. "Misalnya pengaturan mengenai infent, termin pembayaran, serta pengaturan berapa banyak jumlah rumah yang bisa dibeli," jelasnya.
Hal itu, kata Perry, akan dilihat kembali (review). Kemudian baru dikeluarkan kebijakan.