Kamis 24 May 2018 15:50 WIB

BI Minta Ulama Ikut Berperan Kendalikan Inflasi

Pada Ramadhan umat Islam mestinya menahan diri untuk berkonsumsi.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Teguh Firmansyah
Inflasi (ilustrasi)
Inflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Bank Indonesia Perwakilan Purwokerto, berharap para ulama berperan serta mengendalikan inflasi. Antara lain, dengan cara meminta warga masyarakat berbelanja secara bijaksana. Terutama pada masa menjelang lebaran seperti sekarang ini.

''Tekanan inflasi pada masa menjelang lebaran, biasanya akan mengalami peningkatan cukup kuat. Karena itu, kami meminta peran serta para ulama untuk mengingatkan masyarakat agar tetap berbelanja dengan bijak,'' jelas Kepala BI Perwakilan Purwokerto, Agus Chusaini, dalam acara buka bersama di pendopo Setda Banyumas, kemarin.

Dia menyebutkan, pada Bulan Ramadhan, situasi yang terjadi di pasar-pasar justru sering ditandai dengan kenaikan harga barang kebutuhan. Padahal, bulan Ramadhan mestinya menjadi waktu bagi umat Islam menahan diri untuk berkonsumsi.

''Dengan pemahaman seperti ini, konsumsi seharusnya justru menurun. Namun kondisi yang telah terjadi bertahun-tahun, justru sebaliknya, terjadi peningkatan konsumsi saat Ramadhan dan Idul Fitri,'' jelasnya.

Agus menyebutkan, kondisi ini sebenarnya tidak salah jika Ramadhan tidak hanya dianggap sebagai waktu untuk menahan makan dan minum, namun juga saatnya memperbanyak ibadah seperti bersedekah. ''Namun demikian, permintaan seharusnya tetap terkendali agar tidak lonjakan harga yang berlebihan akibat melonjaknya permintaan,'' jelasnya.

Menurutnya, masyarakat juga diminta lebih cerdas dalam membelanjakan uangnya. Dalam hal ini, belanja hanya untuk membeli barang yang memang benar-benar dibutuhkan. Bukan hanya sekadar yang diinginkan.

Dalam pertemuan dengan wartawan sebelumnya, Agus mengakui tekanan inflasi selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri biasanya akan menguat. ''Dibanding sebelum Ramadhan, inflasi pada Ramadhan dan Idul Fitri pasti mengelami kenaikan. Tapi saya kira masih dalam rentang yang masih dapat kita perkirakan,'' jelasnya.

Pada April 2018 lalu, inflasi untuk Kota Purwokerto tercatat sebesar 0,06 persen (mtm). Angka ini melonjak cukup tinggi dibanding bulan sebelumnya, yang justru mengalami deflasi 0,05 persen. Sedangkan untuk Kota Cilacap, pada Bulan April justru mengalami deflasi 0,11 persen.

Agus juga menyebutkan, tekanan inflasi pada beberapa bulan ke depan tidak hanya disebabkan Ramadhan dan Idul Fitri saja. Melainkan juga tekanan inflasi akibat pelaksanaan pilkada serentak, kenaikan harga minyak internasional, faktor penguatan dolar AS terhadap rupiah dan penyebab lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement