Kamis 24 May 2018 13:29 WIB

Perry Warjiyo Janji Stabilkan Kurs Rupiah yang Melemah

Bank Indonesia sudah menghabiskan Rp 50 triliun untuk membeli SBN sejak awal tahun.

Petugas menunjukkan pecahan mata uang dolar AS dan rupiah di Plaza Mandiri, Jakarta. ilustrasi
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukkan pecahan mata uang dolar AS dan rupiah di Plaza Mandiri, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) yang baru dilantik, Perry Warjiyo, menjanjikan penguatan kebijakan moneter melalui suku bunga acuan dan intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang terus melemah. Nilai tukar rupiah melemah empat persen sejak Januari sampai 21 Mei 2018.

"Saya akan prioritaskan kebijakan moneter untuk bisa stabilkan kurs rupiah dengan kombinasi kebijakan suku bunga dan intervensi ganda," ujar Perry dalam pernyataan pertamanya setelah dilantik di Mahakamah Agung, Jakarta, Kamis (24/5).

Perry yang selalu mengampanyekan kebijakan moneter propertumbuhan dan prostabilitas itu menekankan, instrumen kebijakan moneter akan sepenuhnya digunakan untuk menjaga stabilitas perekonomian. Instrumen moneter diprioritaskan untuk menghadapi tekanan yang disebabkan normaliasi kebijakan moneter AS dan terus naiknya imbal hasil obligasi Pemerintah AS, US Treasuy Bill, yang menyedot modal asing di Indonesia.

Namun, kata dia, BI tidak akan mengabaikan potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan instrumen makroprudensial. "BI masih memiliki empat instrumen lainnya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Perry yang menghabiskan lima tahun terakhirnya menjadi deputi gubernur BI.

Anak petani dari desa di Sukoharjo itu berjanji akan menerapkan kebijakan moneter yang terdepan dan antisipatif atau pre-emptive dan ahead the curve guna merespons dinamika ekonomi global yang penuh dibayangi ketidakpastian. "Nilai tukar sekarang sudah overshoot," ujar dia.

"Kami juga akan pre-emptive, ahead the curve dalam resep kebijakan suku bunga. Kemudian, lakukan intervensi ganda stabilkan kurs dan beli surat berharga negara (SBN) dari pasar," katanya menambahkan.

Bank sentral sudah menghabiskan Rp 50 triliun untuk membeli SBN sejak awal tahun, termasuk di dalamnya sebesar Rp 13 triliun pada Mei 2018 ini. Intervensi itu untuk meredakan gejolak di pasar SBN karena tekanan modal keluar menyusul naiknya imbal hasil obligasi Pemerintah AS.

Perry dalam waktu dekat juga akan memanggil perbankan yang aktif dalam pengelolaan devisa untuk "menenangkan" dan menyosialisasikan kebijakan moneter. "Saya juga akan perkuat koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan. Saya juga akan aktif berkomunikasi dengan perbankan, misalnya untuk membenarkan banyak mispersepsi," ujar dia.

Suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate saat ini sebesar 4,5 persen yang pada Mei 2018 ini baru mengalami kenaikan 0,25 persen, setelah sembilan bulan terkakhir dipertahankan di 4,25 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement