Senin 21 May 2018 17:23 WIB

Ekonom Indef: Kurs Pekan Ini Bisa ke Level Rp 14.300

Pemerintah bisa melakukan bauran kebijakan antara stimulus fiskal maupun moneter.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang petugas teller menghitung mata uang rupiah.    (ilustrasi)
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Seorang petugas teller menghitung mata uang rupiah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan hampir menyentuh Rp 14.200 per dolar AS pada Senin (21/5). Padahal Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-day reserve repo rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5 persen pada Kamis (17/5).

"Pelemahan kurs pekan ini bisa sampai ke level Rp 14.300 per dolar AS," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira, saat dihubungi wartawan, Senin (21/5).

Berdasarkan data Bloomberg USDIDR Spot Exchange Rate, perdagangan rupiah pada Senin dibuka di level Rp 14.175 per dolar AS dan ditutup di level Rp 14.190 per dolar AS, melemah 34 poin atau 0,24 persen dibandingkan penutupan pada Jumat (18/5) di level Rp 14.156 per dolar AS. Perdagangan Rupiah pada Senin berada di kisaran Rp 14.175 - Rp 14.203 per dolar AS.

Sementara berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di Bank Indonesia, nilai tukar rupiah ditetapkan sebesar Rp 14.176 per dolar AS pada Senin (21/5), melemah 69 poin dibandingkan Jumat (18/5) di level Rp 14.107 per dolar AS.

Baca juga, Lajur Kurs Rupiah Dekati Level Rp 14.200.

 

Bhima menambahkan, pemerintah bisa lakukan bauran kebijakan antara stimulus fiskal maupun moneter. Dari sisi fiskal kinerja ekspor memang perlu didorong melalui berbagai insentif seperti tax holiday bagi perusahaan yang berorientasi ekspor. Sedangkan dari sisi moneter bisa diterbitkan aturan tentang kewajiban devisa hasil ekspor ditahan di bank dalam negeri dalam kurun waktu minimal 6-9 bulan seperti yang dilakukan Thailand.

 

Karena cukup mendesak, lanjutnya, bentuk paling tepat dengan Perpu UU No.24/1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. "Sejak awal tahun Thailand berhasil mengalami apresiasi 1,6 persen (ytd)," ungkapnya.

Menurut Bhima, langkah jangka pendek selain menaikkan suku bunga acuan yakni dengan bunga kupon surat utang Pemerintah buat menahan keluarnya dana asing. Beberapa seri surat utang tidak laku karena kuponnya kecil. Jika dinaikan maka investor masih melihat SBN instrumen yang menarik.

Di sisi lain, efek kenaikan bunga acuan BI bisa berdampak ke naiknya bunga kredit perbankan dalam 2-3 bulan ke depan. Rata rata bunga kredit 11,20 persen per Maret 2018. Jika BI 7-day reserve repo rate naik 25 bps maka bunga kredit bisa naik jadi 11,45 persen. "Selain itu tidak menutup kemungkinan BI akan naikan bunga acuan hingga 50 bps pada tahun ini," imbuhnya.

Namun ini bukan berarti tanpa risiko.  Dengan bunga kredit 11,2 persen saja, kata ia,  pertumbuhan kredit hanya 8,5 persen. Semakin tinggi bunga kredit tekanan ke pertumbuhan kredit akan makin besar. Pelaku usaha dengan kondisi permintaan yang melambat akan sulit melunasi pinjaman yang mahal.

Cost of fund atau biaya pinjaman, jelas Bhima, menjadi membengkak dan menggerus pendapatan usaha. Hal itu menyebabkan resiko kredit macet (NPL) akan naik. Per Maret 2018 NPL perbankan masih 2,75 persen. Meskipun menurun tetapi menjadi indikator agar bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit.

Bagi kredit konsumsi seperti kredit kendaraan bermotor dan properti juga sama. Ada tren masyarakat menahan belanja karena bunganya mahal. Hal itu seperti lingkaran, jika satu proses bisnisnya melambat, maka akan merembet ke sektor lain mulai dari industri pengolahan, bahan baku dan ritel.

Dia menilai, tekanan untuk menaikan bunga kredit bank juga perlu dicermati seiring perpindahan deposan ke pembelian surat utang dengan alasan bunga nya lebih menarik. Bunga deposito rata rata 5,8 persen sementara bunga surat utang pemerintah tenor yang sama bisa 6,8-7,2 persen.

 

Perpindahan dana tersebut bisa menguras likuiditas bank. Untuk menahan dana deposito tidak pindah ke obligasi maka bank akan naikan bunga deposito. Rentetannya nanti ke bunga kredit juga. "Efek gandanya bisa ke target pertumbuhan kredit tahun ini hanya 8-9 persen, sulit dobel digit," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement