Rabu 16 May 2018 13:53 WIB

Pertamina: Konsumsi BBM Nasional akan Melonjak 15 Persen

Lonjakan permintaan BBM terutama untuk Premium

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Salah satu SPBU Pertamina (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Salah satu SPBU Pertamina (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memprediksi adanya kenaikan konsumsi Premium sepanjang bulan Ramadhan dan Lebaran sebesar 7 persen. Meski diprediksi ada lonjakan konsumsi, Pertamina mengatakan akan tetap memasok kebutuhan Premium masyarakat berapapun banyaknya kebutuhan.

Direktur Supply Chain, Logistik dan Infrastruktur, Gandhi Sriwidodo mengatakan dalam menghitung kebutuhan nasional, Pertamina akan mengacu pada konsumsi Premium dari Maret sampai April lalu yang mengalami kenaikan 10 persen dari 23 ribu kiloliter menjadi 27 ribu kiloliter per hari. Namun, menurutnya, tidak menutup kemungkinan jumlah ini akan naik saat musim mudik dan arus balik tiba.

"Jadi, kalau ditotal peningkatan konsumsi Premium sebesar 17 persen. 10 persen refleksi dari konsumsi Maret April, 7 persen proyeksi kenaikan konsumsi saat musim mudik. Berapapun kebutuhan masyarakat akan kami penuhi." ujar Ghandi di Kantor Pusat Pertamina, Rabu (16/5).

Untuk proyeksi kenaikan konsumsi total BBM secara keseluruhan, Ghandi menjelaskan adanya kenaikan sebesar 15 persen. Jika konsumsi harian sebesar 90.100 kiloleter per hari maka akan menjadi 103.700 kiloliter per hari.

Ghandi menjelaskan, untuk stok yang dimiliki Pertamina saat ini untuk Premium bisa mencapai 27 hari, sedangkan solar 24 hari. Sedangkan produk diluar Premium dan solar, seperti Dexlite dan Pertamina Dex, diatas 25 hari.

"Ketersediaan stok, lebih dari cukup," ujar Ghandi.

Sementara untuk konsumsi Avtur, Pertamina memprediksi adanya kenaikan sebesar 15 persen. Stok nasional Avtur saat ini, menurut Ghandi, bisa bertahan hingga 28 hari ke depan.

"Avtur juga penting, wilayah tertentu ada peningkatan penerbangan, ini dari luar jawa ke jawa, kalau dari jawa, karena ada tol, sector transport yang naik. Kalau transport udara, kami harus antisipasi bandara dari medan, Sulawesi, Kalimantan yang akan menuju Jawa," tutur Ghandi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement