REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Sahabat Sampoerna mencatat laba bersih sebesar Rp 14,4 miliar pada kuartal pertama 2018. Angka itu naik 14 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Direktur Utama Bank Sampoerna Ali Rukmijah menyatakan, pertumbuhan laba tersebut menunjukkan kinerja perseroan membaik di tengah fluktuasi situasi makro ekonomi. "Peningkatan laba bersih ini ditopang tidak hanya oleh peningkatan pendapatan bunga bersih, namun juga oleh pendapatan operasional selain bunga," jelasnya melalui siaran pers, Jumat, (11/5).
Ia pun menyebutkan, penyaluran kredit perseroan ke Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tumbuh 16 persen per Maret tahun ini. Hal itu, kata Ali, menjadi sumber pertumbuhan kredit secara keseluruhan. "Probiz, produk pinjaman cepat dan fleksibel Bank Sampoerna menjadi salah satu pendorongnya. Maka porsi kredit UMKM Sampoerna sebesar 79 persen dari total seluruh kredit Bank," tutur Ali.
Dengan begitu, kata dia, total pinjaman perusahaan di kuartal I 2018 menjadi Rp 6,4 triliun. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 6,2 triliun. "Pertumbuhan kredit ini tentunya dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. NPL (Non performing Loan) tercatat pada tingkat 3,0 persen atau relatif tidak berubah dibandingkan tahun sebelumnya," tuturnya.
Ia menambahkan, rasio NPL nett berada di level 2,6 persen. "Kami yakin penyaluran kredit Bank Sampoerna masih berpotensi tumbuh signifikan hingga akhir tahun ini. Pengembangan produk Probiz dan penyaluran kredit ke sektor UMKM akan terus kami selaraskan dengan kebutuhan pasar demi memajukan perekonomian di Indonesia, ujar Ali.
Selanjutnya, ia menyebutkan, pendapatan bunga bersih Bank Sampoerna pada kuartal pertama 2018 mencapai Rp 150,2 miliar atau meningkat 17 persen dibandingkan periode serupa tahun lalu. Peningkatan itu, menurutnya tidak lepas dari pengelolaan beban bunga. "Selain terdapat kecenderungan penurunan suku bunga. Bank berhasil meningkatkan dana murah pihak ketiga dalam bentuk giro dan tabungan berturut-turut sebesar 27 persen dan 15 persen dibandingkan kondisi pada tahun sebelumnya," jelas Ali.
Pertumbuhan giro dan tabungan ini, kata dia, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan deposito yang sebesar 11 persen. Maka, per akhir Maret 2018 komposisi dana pada rekening giro dan tabungan (Current Account & Saving Account/CASA) terhadap keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK) atau dikenal sebagai CASA ratio membaik ke tingkat 14,3 persen dibandingkan rasio sama pada kuartal I 2017 yang berada di tingkat 13,5 persen. Total DPK pun tumbuh 12 persen year on year (yoy) menjadi Rp 7,3 triliun. (Iit