REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan rupiah diperkirakan dapat tertahan pada perdagangan di pasar spot, Jumat (11/5). Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada menjelaskan, meningkatnya kembali permintaan akan dolar AS seiring imbas naiknya imbal hasil obligasi AS memberikan dampak negatif pada pergerakan Rupiah.
Namun saat ini, pelaku pasar lebih memperhatikan rilis data inflasi AS karena nantinya berkaitan dengan keputusan The Fed untuk menaikan suku bunganya.
"Adanya rilis inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan membuat laju dolar AS sedikit turun. Untuk itu, diharapkan kepanikan dapat mereda sehingga Rupiah dapat tertahan pelemahannya," ujar Reza, Jumat (11/5).
Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) rupiah menguat sebesar 26 persen atau 0,19 persen berada di Rp 14.048 per dolar AS dari sebelumnya Rabu (9/5) sebesar Rp 14.074 per dolar AS. "Rupiah diestimasikan akan bergerak dengan kisaran 14.058 - 14.100," kata Reza.
Menurut Reza, pelemahan yang ada saat ini membuat sejumlah kalangan khawatir. Ditambah sentimen dari dalam negeri dianggap belum cukup kuat signifikan untuk mengangkat Rupiah.
Masih tingginya permintaan akan dolar AS, membuat pergerakan Rupiah kehilangan momentum untuk berbalik positif. "Diharapkan sentimen yang ada dapat lebih positif untuk menahan dan menghalau pelemahan lebih lanjut," katanya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, persoalan nilai tukar mata uang sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia. Negara lain pun mengalami hal serupa. Ini karena perang dagang negara-negara besar serta kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) yang kemungkinan akan menaikkan tiga hingga empat kali dalam beberapa waktu ke depan. "Semua negara ini mengalami hal yang sama. Kita terus (komunikasi dengan Bank Indonesia), bahkan sebelum saya berangkat ke sini (Riau) pun komunikasi," kata Jokowi saat meresmikan peremajaan kelapa sawit di Rokan Hilir, Riau, Rabu (9/5).
Di sisi lain, Jokowi menambahkan, pelemahan rupiah pun sebenarnya memberikan keuntungan bagi Indonesia. Salah satunya adalah industri kelapa sawit yang menyumbang devisa cukup besar dengan ekspor yang dilakukan. Makin banyak eskpor dengan nilai mata uang rupiah sekarang maka makin banyak penghasilan yang didapatkan.