REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebanyak 150 Industri Kecil Menengah (IKM) mengikuti Workshop e-Smart yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) IKM Kementerian Perindustrian (Kemenperin) di dua kota yaitu Yogyakarta dan Magelang, 8-9 Mei lalu. Sebanyak 150 IKM tersebut berasal dari sektor logam, mesin, furniture, fesyen, dan kerajinan.
Workshop yang diselenggarakan selama 2 (dua) hari tersebut bekerja sama dengan marketplace besar di Indonesia, yaitu Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dan Blibli. “Peserta workshop e-Smart IKM kesemuanya adalah pelaku industri jadi produknya dijamin produk lokal. Dan sekarang sudah saatnya e-commerce Indonesia dipenuhi oleh produk lokal dalam negeri dengan kualitas yang bersaing,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM), Gati Wibawaningsih, Rabu (10/5).
Gati mengatakan, tujuan dari program e-Smart IKM adalah untuk memperluas akses pasar IKM melalui teknologi digital. Dalam dua hari mengikuti workshop, pelaku IKM belajar berbisnis melalui sarana e-commerce dan juga mendapatkan sosialisasi program-program Kementerian Perindustrian seperti restrukturisasi mesin peralatan dan SNI. Selain itu untuk pemantapan, diberikan materi strategi pemasaran online dari IdEA dan juga pengembangan produk seperti desain, kualitas, dan teknologi, bahkan diperkenalkan juga aplikasi pencatatan keuangan dari Bank Indonesia.
“Menjadi IKM di zaman now harus update dengan teknologi, untuk itu Kementerian Perindustrian berupaya melakukan edukasi pentingnya teknologi digital, manajemen keuangan yang baik, serta produk yang memenuhi standar. Apalagi saat ini Indonesia sedang menyiapkan implementasi Industri 4.0 dimana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya dalam proses produksi untuk mencapai efisiensi yang maksimal,” kata Gati.
Dijelaskan lebih lanjut, e-Smart IKM ini akan menjadi sistem database yang tersaji dalam profil industri, sentra, dan produk yang nantinya akan menjadi salah satu bahan analisa pembuatan kebijakan dalam pembinaan IKM. “Seperti data kebutuhan bahan baku IKM, mesin peralatan atau teknologi yang dibutuhkan IKM dapat kami ketahui dari database yang telah dihimpun," tutur Gati.
Sejak diluncurkan pada 27 Januari 2017 yang lalu, workshop e-Smart IKM telah diikuti oleh 1.730 peserta dan membukukan nilai transaksi online lebih dari Rp 320 juta dimana 75 persennya disumbangkan oleh transaksi produk logam. “Tahun ini target kami 4.000 IKM di seluruh Indonesia ikut e-Smart IKM sehingga ditargetkan 12.000 produk IKM masuk dalam marketplace,” tutur Gati.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIY, pertumbuhan produksi Industri Mikro Kecil (IMK) DIY pada triwulan IV tahun 2017 terhadap triwulan IV tahun 2016 (y-on-y) menunjukkan pertumbuhan positif di angka 17,28 persen. Kenaikan pertumbuhan produksi di DIY ini jauh melampaui angka pertumbuhan di tingkat nasional, yang tumbuh sebesar 4,59 persen.
Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil (q-to-q) di Jawa Tengah triwulan I tahun 2018 naik 2,13 persen. Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil (y-on-y) Jawa Tengah triwulan I tahun 2018 naik 2,02 persen. Kelompok industri yang mengalami kenaikkan terbesar adalah Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik 27,19 persen, Industri Peralatan Listrik 24,19 persen, serta Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 16,13 persen.
Gati berharap dengan program ini IKM mampu membuka akses pasar dan mengelola dengan baik pemasaran daringnya sehingga berlanjut. Ia juga mengatakan program ini tidak hanya berhenti setelah mengikuti workshop, namun Kementerian Perindustrian menyiapkan juga program pendampingan.