REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih belum stabil. Menurut dia, pelemahan rupiah ini sebagai imbas dari tekanan global.
"Kurs memang sebenarnya masih belum stabil atau masih bergerak," kata Darmin di Jakarta, Senin (7/5) malam.
Darmin mengatakan, kondisi pelemahan mata uang ini tidak hanya dialami rupiah, tetapi juga mata uang negara berkembang lainnya. "Itu sama-sama juga dengan negara lain, tetap tidak sendirian. Jangan melihat sebagai sesuatu yang aneh dan mengkhawatirkan," ujarnya.
Untuk itu, ia menyakini bahwa depresiasi rupiah yang sudah mendekati kisaran Rp 14.000 per dolar AS akan berlangsung sementara. "Memang hari ini dia menembus angka itu, tapi semestinya tidak berarti akan bertahan," kata Darmin.
Darmin juga mengharapkan adanya respons dari bank sentral terkait pergerakan rupiah dalam rapat dewan gubernur (RDG) bulanan yang dijadwalkan berlangsung pada pertengahan Mei 2018. "BI saya kira juga akan melakukan langkah-langkah, walaupun BI itu akan menunggu rapat RDG bulanan," ujarnya.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (7/5) sore, bergerak melemah sebesar 40 poin menjadi Rp 13.973 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.933 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa adanya intervensi oleh Bank Indonesia (BI) telah menjaga pergerakan nilai tukar rupiah relatif stabil di bawah level Rp14.000 per dolar AS. "Rupiah relatif masih stabil di bawah Rp14.000 per dolar AS, diharapkan sentimen dari dalam negeri dapat lebih positif untuk menarik minat pelaku pasar terhadap aset berdenominasi rupiah sehingga pelemahannya tidak lebih dalam," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.956 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.943 per dolar AS.