Kamis 03 May 2018 20:54 WIB

Pendapatan Operasional Garuda Indonesia Meningkat

Garuda diharapkan mencatat keuntungan 8,7 juta dolar AS di akhir 2018

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury menjawab pertanyaan wartawan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis, (12/4).
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury menjawab pertanyaan wartawan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis, (12/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membukukan operating revenue pada kuartal pertama 2018 sebesar 983 juta dolar AS atau Rp 13,69 triliun dengan pertumbuhan sebesar 7,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 910,7 juta atau Rp 12,69 triliun. Perseroan juga berhasil menekan kerugian hingga 36,5 persen pada kuartal pertama 2018 dibanding periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan kinerja operasional tersebut juga ditunjang oleh efektifitas program efisiensi yang dilaksanakan, peningkatan jumlah penumpang, peningkatan angkutan kargo, peningkatan utilisasi pesawat serta peningkatan kinerja anak perusahaan.

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury mengatakan, di tengah tren penurunan kinerja operasional industri penerbangan global, meningkatnya harga bahan bakar, serta menguatnya mata uang dolar AS terhadap mata uang lainnya, perusahaannya berhasil mempertahankan pertumbuhan positif kinerja finansial dan operasionalnya.

"Capaian pertumbuhan pendapatan operasional ini tentunya menjadi momentum tersendiri bagi perseroan untuk terus memperkuat kinerja operasional ditengah iklim industri penerbangan yang kurang kondusif di periode Januari-Maret 2018 yang merupakan periode low season," jelas Pahala dalam siaran pers, Kamis (3/5).

Pahala mengungkapkan, melalui momentum pertumbuhan kinerja yang berhasil dicapai, pihaknya optimistis kinerja operasional dan keuangan perusahaan akan terus tumbuh positif. Sesuai proyeksinya, Garuda Indonesia diharapkan dapat mencatatkan keuntungan sebesar 8,7 juta dolar AS atau Rp 121,2 miliar hingga akhir tahun ini.

"Capaian kinerja perseroan pada kuartal pertama 2018 tentunya tidak terlepas dari tantangan industri penerbangan global yangmasih tertekan dan terbebani oleh harga bahan bakar yang meningkat. Namun demikian perseroan berhasil menekan potensi kerugian sebesar 36,5 persen pada kuartal pertama 2018 menjadi 64,3 juta dolar AS dibandingan kerugian pada kuartal pertama 2017 sebesar 101,2 juta dolar AS," kata Pahala.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement