REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi produk halal, ikut membuat pasar baru untuk gelatin halal kian bergerak. Selama ini gelatin yang banyak digunakan merupakan gelatin dari babi.
Ilmuwan dan ahli bioteknologi Indonesia yang juga adalah Koordinator Riset di Halal Industry Research Centre Universitas Islam Internasional Malaysia Irwandi Jaswir mengatakan, ada 10 persen gelatin yang berasal dari sumber halal. "Ada tapi masih impor," ujarnya usai acara Workshop Global Halal Industry di Hotel Grand Sahid Jaya, Kamis (3/5).
Negara pengekspor gelatin halal tersebut di antaranya India, Pakistan dan Cina berupa gelatin sapi. Selain sapi, ia melanjutkan, ada alternatif sumber gelatin halal lainnya, yakni unta dan ikan. Hanya saja, perlu dikaji lebih dalam bagaimana memproduksinya sebagai pilihan lain dari gelatin babi.
Sejauh ini, gelatin babi memang menjadi favorit dan yang utama dalam dunia industri. Selain karena kualitasnya yang bagus, kurangnya penelitian oleh ilmuwan Muslim juga menjadi penyebab gelatin babi yang terus ditingkatkan.
Alumni IPB ini menambahkan, sumber gelatin selain babi sebenarnya mampu untuk diproduksi dengan biaya murah. Tergantung dari permintaan pasar. "Saya yakin ke depannya bisa bersaing," katanya.
Potensi untuk gelatin halal ini juga diakuinya cukup besar. Hanya saja perlu adanya kesadaran halal dari masyarakat. Selain itu bagimana keadaan lingkungan untuk mendukungnya.
Ia menambahkan, jika dibandingkan dengan Thailand dengan Muslim yang bukan mayoritas, produk-produk halal justru banyak dan cukup merajai. Begitu juga dengan Malaysia. "Di Malaysia, begitu mereka merencanakan menjadi pusat halal dunia, itu sudah lengkap dengan aturan pemerintah, bentukan lembaga baru ke arah itu," ujarnya.
Namun dengan gelaran workshop ini ia berharap akan membuka mata pebisnis Indonesia baik Muslim maupun non-Muslim untuk memanfaatkan potensi besar di industri halal.