Selasa 01 May 2018 11:50 WIB

Kredit Perbankan Tumbuh 8,5 Persen di Kuartal I 2018

Pertumbuhan penyaluran kredit dipicu mudahnya penyaluran kredit perbankan.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Indira Rezkisari
Bank Indonesia
Foto: Republika/Prayogi
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan Survei Uang Beredar yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan penyaluran kredit perbankan pada kuartal I 2018 sebesar Rp 4.768,8 triliun atau tumbuh 8,5 persen (yoy). Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,2 persen (yoy).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, mengatakan pertumbuhan kredit tersebut didorong oleh peningkatan penyaluran kredit kepada debitur korporasi dengan pangsa 41,5 persen dari total kredit perbankan. Pertumbuhan kredit korporasi pada Maret 2018 tercatat sebesar 7,8 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 7,3 persen (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan pertumbuhan kredit perbankan tersebut terjadi pada kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) yang tumbuh meningkat masing-masing dari 4,6 persen (yoy) dan 11,1 persen (yoy) pada Februari 2018 menjadi 5,3 persen (yoy) dan 11,4 persen (yoy).

"Pertumbuhan penyaluran kredit tersebut disebabkan oleh kecenderungan makin mudahnya penyaluran kredit perbankan seiring dengan penurunan Indeks Lending Standard pada Survei Perbankan Bank Indonesia Kuartal I 2018 terutama pada aspek suku bunga yang lebih rendah serta biaya persetujuan kredit yang lebih murah," jelasnya dalam publikasi Survei Uang Beredar di website Bank Indonesia, Senin (30/4).

Berdasarkan sektor ekonominya, lanjutnya, peningkatan pertumbuhan KI terjadi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, serta sektor pengangkutan dan komunikasi masing masing dari 8,6 persen (yoy) dan 18,0 persen (yoy) menjadi sebesar 8,7 persen (yoy) dan 23,9 persen (yoy). Peningkatan pertumbuhan KI sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan khususnya terjadi pada subsektor perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur. "Sementara itu, peningkatan pertumbuhan terbesar KI sektor pengangkutan dan komunikasi terutama kepada perusahaan subsektor jasa telekomunikasi pada proyek proyek di DKI Jakarta dan Jawa Barat," terangnya.

Kredit Konsumsi tercatat tumbuh meningkat dari 11,1 persen (yoy) pada Februari 2018 menjadi 11,4 persen (yoy) didorong oleh peningkatan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) roda empat. Di sisi lain, pertumbuhan KMK tercatat melambat dari 8,5 persen (yoy) pada Februari 2018 menjadi 8,4 persen (yoy) terutama disebabkan perlambatan KMK sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Kredit properti tercatat mengalami akselerasi pertumbuhan dari 12,5 persen (yoy), menjadi 133 persen (yoy), khususnya pada kredit konstruksi dan real estate. Pertumbuhan kredit konstruksi tercatat meningkat dari 15,7 persen (yoy) menjadi 18,1 persen (yoy) terutama disebabkan oleh pertumbuhan kredit untuk konstruksi jalan tol yang berlokasi di Jawa Timur serta kredit konstruksi perumahan menengah, besar dan mewah di Jawa Tengah. Kredit real estate tercatat tumbuh 9,1 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,1 persen (yoy) terutama disebabkan oleh pertumbuhan kredit real estate gedung perkantoran di DKI Jakarta dan gedung perbelanjaan di Jawa Timur. "Namun demikian, kredit KPR/KPA tercatat tumbuh melambat dari 12,2 persen (yoy) menjadi 11,9 persen (yoy) pada kuartal I 2018," imbuhnya.

Di sisi lain, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada Maret 2018 tercatat sebesar Rp 5.130,4 triliun, atau tumbuh 7,3 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,2 persen (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK tersebut bersumber dari DPK berdenominasi rupiah pada seluruh jenis simpanannya. Sementara DPK valas tercatat tumbuh negatif -0,5 persen (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK tersebut seiring dengan tren penurunan suku bunga simpanan. Simpanan berjangka tercatat tumbuh melambat dari 5,9 persen (yoy) menjadi 5,5 persen (yoy) pada Maret 2018 yang bersumber terutama dari penurunan simpanan berjangka korporasi di wilayah DKI Jakarta.

Sementara itu, nasabah perseorangan yang memiliki pangsa 51,9 persen dari total simpanan berjangka tumbuh stabil. DPK berupa giro tumbuh 6,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 9,4 persen (yoy) terutama pada giro korporasi di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Selanjutnya, tabungan mengalami perlambatan pertumbuhan dari 10,7 persen (yoy) menjadi 10,3 persen (yoy) pada Maret 2018, khususnya milik nasabah perseorangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement