REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Harga minyak yang baru-baru ini mencapai tertinggi 3,5 tahun di 74 dolar AS per barel, diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Malaysia dan pendapatan pemerintah. Demikian disampaikan analis Kamis (26/4).
"Pemerintah Malaysia diperkirakan akan mengumpulkan tambahan pendapatan minyak dan gas sebesar lima miliar ringgit karena kenaikan harga minyak baru-baru ini," kata CIMB Research.
Untuk setiap 10 dolar AS kenaikan harga minyak di atas 52 dolar AS per barel, yang merupakan asumsi harga minyak rata-rata Anggaran Malaysia 2018, pendapatan fiskal diperkirakan akan bertambah tiga miliar ringgit (765,2 juta dolar AS).
Malaysia merupakan pengekspor minyak dan gas bersih dengan nilai 47,2 miliar ringgit atau 3,5 persen dari PDB pada 2017. Harga minyak yang lebih tinggi kemungkinan akan menghasilkan dampak positif terhadap ekonomi, transaksi berjalan dan kas pemerintah.
Harga minyak mentah Brent telah melonjak 10 persen menjadi 74 dolar AS per barel sejauh tahun ini. Permintaan minyak global meningkat dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah sepakat untuk memangkas produksi sejak tahun lalu.
Dalam laporan terpisah Kamis, Nomura Research juga menyoroti, Malaysia adalah salah satu pemenang riil dari harga minyak yang lebih tinggi. "Kami memperkirakan setiap kenaikan harga minyak 10 dolar AS per barel akan memperlebar surplus perdagangan Malaysia sekitar 0,4 persen dari PDB, yang akan membantu menjaga neraca transaksi berjalan dalam surplus yang nyaman (3,6 persen dari PDB pada Q4 2017)," katanya.
Namun, karena pemerintah Malaysia telah menghapus subsidi bahan bakar, maka inflasi negara itu lebih sensitif terhadap harga minyak. Perkiraan lembaga riset itu menunjukkan, inflasi akan meningkat sekitar 0,6 persentase poin dalam setiap kenaikan harga minyak 10 dolar AS per barel.
Jika tingkat harga minyak saat ini berkelanjutan, harga bahan bakar bisa naik tajam setelah pemilihan umum pada 9 Mei. Inflasi setahun penuh bisa naik di atas proyeksi lembaga riset 2,5 persen menuju ujung atas perkiraan bank sentral Malaysia di kisaran 2,0 persen hingga 3,0 persen.