Senin 23 Apr 2018 20:21 WIB

Rupiah Terus Melemah, BI Minta Masyarakat tak Khawatir

Dolar menguat terhadap mata uang di beberapa negara lain karena faktor global.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Andi Nur Aminah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di atas Rp 14 ribu.
Foto: Reuters
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di atas Rp 14 ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini, mata uang rupiah terhadap dolar AS, bahkan telah menembus Rp 13.900 per dolar AS. Melihat itu, Bank Indonesia (BI) pun meminta, agar masyarakat tidak khawatir.

"Kita berada di pasar. Jangan khawatir karena hampir semua currency kena dan pergerakan nilai tukar di emerging market misalnya, year to date banyak sekali yang di atas kita depresiasinya," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman Zainal, di Jakarta, Senin, (23/4).

Ia menjelaskan, dolar menguat terhadap mata uang di beberapa negara lain karena faktor global. Agusman menyebutkan, saat ini depresiasi kurs peso Filipina mencapai negatif empat persen, rupee India negatif tiga persen, bahkan Lyra Turki terdepresiasi negatif enam persen. Sedangkan rupiah terdepresiasi negatif dua persen.

"Jadi masih banyak yang lebih parah dari kita. Kita memang paham ada kejadian ini, tapi kita minta semua untuk bersama menjaga rupiah kita. Kita pun tetap berada di pasar dan mudah-mudahan bisa atasi situasi seperti ini," jelas Agusman.

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter BI Rahmatullah menambahkan, penyebab melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal. "Kami lihat, nilai tukar dolar AS sudah mulai menguat, baik major maupun emerging currencies. Begitu juga yield di global, khususnya US treasury sekarang sudah dekati tiga persen," tuturnya di Gedung BI, Senin, (23/4).

Menurutnya, banyak pelaku pasar global yang mulai mengantisipasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR). Dengan begitu turut memengaruhi pergerakan mata uang global.

"Itu didukung pula oleh data ekonomi AS yang terus bagus. Data inflasi kemungkinan diyakini akan mencapai target. Jadi yang membuat nilai tukar dolar AS menguat terhadap nilai mata uang utama dan emerging serta yield-nya mendekati naik tinggi, sehingga berimbas terhadap semua mata uang baik yen Jepang, euro, dan lainnya," jelasnya.

Ia menyebutkan, beberapa mata uang negara emerging market pun tertekan lebih dalam dari rupiah. "Maka tentunya kita sebagai bagian dari emerging tidak bisa lepas dari itu," tegas Rahmatullah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement